Soal Presiden 3 Periode, Rocky Gerung Duga Jokowi Gerah Terus-menerus Dianggap sebagai Anak Buah Megawati

16 Maret 2021, 19:33 WIB
Pengamat politik Rocky Gerung menganggap Istana atau pemerintah punya kaitan dengan KLB Partai Demokrat.* /Tangkapan layar YouTube/Rocky Gerung Official

PR BEKASI - Pengamat politik Rocky Gerung menyebutkan bahwa wacana masa jabatan presiden 3 periode sebetulnya berdampak pada ketegangan politik yang terjadi antara Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Joko Widodo alias Jokowi.

Hal tersebut diungkapkan Rocky Gerung melalui sebuah tayangan video di kanal YouTube Rocky Gerung Official pada Selasa, 16 Maret 2021.

"Jadi ketegangan politik sebetulnya terjadi antara Jokowi dan Megawati," ujar Rocky Gerung.

Tak bisa dipungkiri usai wacana presiden tiga periode ini menghebohkan Tanah Air, publik saat ini bertanya-tanya di mana sebenarnya peran PDIP.

Baca Juga: Pemerintah Pastikan Tidak Larang Mudik Lebaran 2021, Berikut 7 Kebijakan yang Diambil

Baca Juga: Vatikan: Gereja Katolik Tak Akan Berkati Pernikahan Sesama Jenis, Sebab Tuhan Tidak Dapat Berkati Dosa

Baca Juga: Bastian Steel Tepis Rumor Persahabatannya Retak dengan Iqbal Ramadhan 

Karena seperti yang telah diketahui, sejak awal PDIP bersuara keras menolak wacana masa jabatan presiden 3 periode tersebut.

Berangkat dari hal tersebut, Rocky Gerung yakin jika sampai masa jabatan presiden 3 periode, peluang putri mahkota Megawati, Puan Maharani akan tertutup untuk bertarung di 2024.

Menurutnya, justru wacana ini muncul kembali karena Jokowi ingin terlepas dari cengkraman Megawati.

"Artinya kekuasaan dalam hal ini Istana berupaya untuk keluar dari tutorisasi Megawati, karena bagaimana pun Jokowi tentu gerah terus-menerus dianggap sebagai anak buah Megawati kan," ucapnya.

Tapi, kata Rocky Gerung, Megawati Soekarnoputri juga konsisten selama ini menunjukkan bahwa Jokowi adalah anak buahnya.

Baca Juga: Pernah Bantah ingin Maju di Pilpres 2014, Mardigu dan Rizal Ramli Sindir Jokowi yang Tolak Presiden 3 Periode 

"Jadi sebetulnya sinyal itu yang membuat Presiden Jokowi sebagai aktor politik resah, karena itu dia mendua sebetulnya, terima apa gak tiga periode," tuturnya seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com pada Selasa, 16 Maret 2021.

"Sementara Megawati terus menganggap bahwa itu berarti kesempatan sirkulasi elite Megawati gak boleh tertahan tuh, karena ada persiapan PDIP untuk mengajukan kadernya sebagai pimpinan 2024," sambungnya.

Oleh karena itu, Rocky Gerung menegaskan bahwa wacana presiden tiga periode tersebut telah memunculkan ketegangan politik antara Jokowi dan Megawati.

"Dua aktor politik yang ingin mengambil keuntungan dari proses politik hari-hari ini, jadi saya bisa bayangkan Megawati tentu jengkel ini bagaimana sudah tiga minggu, sudah berbulan-bulan kok Jokowi gak kasih statement tentang tiga periode itu," tuturnya.

Bahkan Rocky Gerung menduga, ketika wacana tersebut menyebar, Megawati langsung menghubungi Jokowi melalui Whatsapp (WA) dan mengingatkannya.

Baca Juga: Yan Harahap Kaget Ratusan Pj Gubernur 2022 dan 2023 Akan Ditentukan oleh Jokowi 

"Mungkin Megawati WA Jokowi pakai bahasa jawa, ini gimana sih kamu nih, kira-kira begitu, lalu terjadi proses politik, lalu kita lihat kenapa Moeldoko mengunjungi bu Mega segala macam," ucapnya.

"Tanda tanya itu yang menjelaskan bahwa ada ketegangan internal Istana dan lebih khusus lagi internal di antara dua aktor utama politik Indonesia yaitu Jokowi dan Megawati," sambungnya.

Maka dari itu, Rocky Gerung berkesimpulan bahwa saat ini terdapat dua faksi, pertama adalah faksi orang-orang di sekitar Jokowi yang non PDIP dan mendorong-dorong presiden untuk tiga periode.

Faksi kedua adalah orang-orang PDIP yang melihat wacana tersebut berbahaya bagi sirkulasi kekuasaan internal PDIP.

Bahkan Moeldoko disebut Rocky Gerung hanya sebagai korban dari ketegangan politik yang terjadi di antara Jokowi dan Megawati.

Baca Juga: Video Klarifikasi Pria yang Ejek Gibran Rakabuming Viral Usai Ditangkap Polisi Virtual, Netizen Tak Terima 

"Tapi sebetulnya protagonisnya, jadi orang yang bermain itu adalah Jokowi dan Megawati, nah yang jadi korban adalah Moeldoko, karena pak Moeldoko sekarang kayak layangan putus, mau nyantol ke mana gitu kan," ujarnya.

"Semua orang akhirnya melihat bahwa akhirnya Moeldoko akan mengkudeta dirinya sendiri itu," tutupnya.***

 

Editor: M Bayu Pratama

Tags

Terkini

Terpopuler