Pengungsi Banjir NTT Tolak Temui Risma, Politisi Demokrat: Pencitraan Boleh Asal Sesuai Dosisnya

11 April 2021, 22:02 WIB
Politisi Partai Demokrat Yan Harahap mengkritik 'pencitraan' Menteri Sosial Tri Rismaharini yang mengakibatkan polemik pada bantuan korban banjir di NTT. /Instagram.com/tri.rismaharini

PR BEKASI - Beredar sebuah video viral yang memperlihatkan bagaimana sejumlah warga Nusa Tenggara Timur (NTT) menolak bantuan yang mereka sebut hanya menjadi ajang 'pencitraan' dari Bu Risma.

Tak hanya itu, mereka juga menolak untuk menemui atau bertemu langsung Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini saat kunjungannya. Video tersebut pun mendapat tanggapan Yan Harahap.

Relawan dalam video tersebut mengaku kecewa karena pihak kecamatan yang terkesan menggiring para pengungsi untuk menemui Mensos Risma yang tengah berada di kantor camat.

Baca Juga: Pejabat PT Pelni Dipecat karena Ingin Adakan Kajian Ramadhan, Said Didu: Itu Bukan Pelanggaran 

Video tersebut salah satunya diunggah oleh pemilik akun Twitter @IpungLombok, 7 April 2021.

"Kenapa pula para pengungsi itu yang harus menemui Risma? Begitu pikir mereka. Itu yang kami tidak mau. Kalau menteri mau bertemu dengan pengungsi maka menteri datang ke sini," ucapnya.

Menanggapi hal tersebut, politisi Partai Demokrat Yan Harahap menyebut bahwa keputusan Tri Rismaharini untuk menunggu pengungsi datang ke tempatnya adalah pencitraan.

Pencitraan boleh saja, sambung Yan Harahap, asalkan tidak berlebihan seperti yang dilakukan Risma, karena para pengungsi harus melewati jalan yang cukup sulit untuk mencapai lokasi.

Baca Juga: Besok! Lembaga Falakiyah PBNU akan Laksanakan Rukyatul Hilal Ramadhan 1442 H 

Belum lagi kondisi kesehatan para pengungsi yang bisa dibilang kurang baik pascabencana.

"Pencitraan boleh-boleh saja, asal digunakan sesuai ‘dosisnya’. Jika over dosis?," kata Yan Harahap dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari akun Twitter @YanHarahap, Minggu, 11 April 2021.

Sebelumnya, dalam video yang telah beredar tersebut, warga yang dilaporkan sebagai pengungsi dan relawan tidak terima dengan sikap donatur yang membawa pulang kembali bantuan yang dibawa sesaat setelah sesi foto dan syuting video dokumentasi.

Dalam unggahan itu, ia menulis sumbangan yang diberi kepada para pengungsi sebagai formalitas belaka.

Baca Juga: Aksi Teror KKB Terus Berlangsung, TNI-Polri Akan Evakuasi Warga Beoga untuk Hindari Aksi Kekerasan 

Dalam video tersebut tampak seorang warga dengan baju lengan panjang meminta donatur membawa pulang kembali barang-barang yang disumbangkan.

Salah satu relawan juga mengatakan bahwa mereka harus mempertaruhkan nyawa untuk menuju lokasi tempat bantuan itu berada.

"Kami disuruh mencari, melewati lembah, kami taruhan nyawa bapak, jangan karena urusi barang ini bapak, bawa pulang saja," kata relawan itu.

"Masih banyak donatur yang hatinya ikhlas, jangan karena barang ini kalian tidak menganggap kami bapak," sambungnya.

Jika prosedurnya seperti itu, relawan tersebut menyebut tidak membutuhkan bantuan tersebut.

Baca Juga: PM Norwegia Didenda karena Adakan Pesta Ultah, Yan Harahap: Andai Diberlakukan di Sini 

"Kalau mau menteri atau wakil gubernur datang ke sini, wakil gubernur semalam ngomong dengan saya di TV, beliau bilang mau datang ke sini, tetapi kalau prosedurnya seperti ini ambil di sini, difoto lalu dibawa lagi itu, bawa langsung pulang, terlalu ribet, bawa pulang saja bapak, kami tidak butuh," ucapnya.

Lebih lanjut, pria berbaju hijau juga menyatakan resistensi terhadap para petugas kecamatan.
Alasannya, tak pernah ada petugas kecamatan yang terlihat sejak banjir hari pertama.

"Datang pas hari H, seolah-olah memerintah kami di sini. Bapak, posko kami ini posko relawan murni. Kami tidak membeda-bedakan," tutupnya.***

Editor: M Bayu Pratama

Tags

Terkini

Terpopuler