Sebut Industri Otomotif Naik 190 Persen, Arief Munandar Duga Jokowi Telah Lakukan Kebohongan Publik

16 April 2021, 19:38 WIB
Sosiolog Arief Munandar yang menduga Presiden Jokowi telah melakukan kebohongan publik usai mengatakan industri otomotif naik 190 persen. /Instagram.com/bangariefm /

PR BEKASI - Sosiolog Arief Munandar meragukan pernyataan Presiden Jokowi yang menyebut bahwa industri otomotif sudah bangkit dan telah telah meningkat sebanyak 190 persen.

Berdasarkan data yang diperolehnya, Arief Munandar menduga Jokowi telah melakukan kebohongan publik.

"Masa iya gua harus mengatakan bahwa Presiden Jokowi telah melakukan kebohongan publik. Masa iya pejabat tertinggi kepala negara melakukan kebohongan publik," ucapnya seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari kanal Youtube Bang Arief, Jumat, 16 April 2021.

Baca Juga: Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Daerah Bandung Raya, Depok, Bekasi dan Sekitarnya, Sabtu 17 April 2021

Arief Munandar mengatakan bahwa data yang diberikan Jokowi pun kurang jelas perbandingannya, apakah kenaikan itu dari bulan ke bulan atau tahun ke tahun.

Dirinya juga mengaku heran kenapa ukuran atau matriks yang digunakan adalah kenaikan dari surat purchase order, padahal biasanya jika bicara soal industri otomotif yang digunakan adalah jumlah penjualan unit.

Arief Munandar pun mencoba membandingkan data penjualan unit mobil di setiap quarter (Q), seperti Q1 (Januari-Maret) 2020 dengan Q1 2019.

Baca Juga: Ada Persepsi Negatif Soal BUMN, Erick Thohir Sebut Akhlak sebagai Pondasi

Pada Q1 2020 total penjualan mobil adalah 219.361 unit dan para Q1 2019 sebanyak 259.963 unit, artinya mengalami penurunan sebanyak 15,6 persen.

"Jadi dari angka ini kita lihat sebelum pandemi aja memang industri otomotif itu mengalami penyusutan, cukup besar malah," ucapnya.

"Pemerintah kan selalu mengatakan bahwa Industri otomotif ini adalah motor ekonomi, artinya dia bisa jadi indikator dari bagus tidaknya perekonomian kita, yang kedua, pemerintah kerap mengatakan, krisis atau penurunan kinerja ekonomi ini dampak dari Covid-19," sambung Arief Munandar.

Baca Juga: Disebut Salat Penutup Malam, Bolehkan Melaksanakan Salat Tahajud setelah Salat Witir selama Ramadhan?

Covid-19 itu kan baru ramai pertengahan Maret 2020, ungkapnya, tapi sudah turun sebanyak 15,6 persen. Artinya, kata Arief, apakah betul Covid-19 salah satu penyebab penurunan kinerja ekonomi kita saat ini?

Kemudian, Arief Munandar pun menyoroti soal kenaikan 190 persen yang disebutkan oleh Jokowi.

Jika dilihat data dari penjualan mobil di Q1 2020, 219.361 unit dan di Q1 2021, 187.021 unit, berarti turun 14,7 persen.

Baca Juga: Soal Rencana Kenaikan Tarif Listrik di Masa Pandemi, Sartono Hutomo: Jangan Sampai Negara Dikelola Ugal-ugalan

"Jadi dua tahun berturut-turut penjualan otomotif kita turun cukup drastis," tuturnya.

Angka tersebut pun masih belum sesuai dengan pernyataan Jokowi. Arief Munandar pun kemudian mencoba membandingkannya dari bulan ke bulan.

Pada Januari 2021, sebanyak 52.909 unit mobil terjual, sementara Januari 2020, 81.067 unit, artinya turun 34,7 persen.

Baca Juga: Ungkap Kisah Seram soal Kepindahannya ke 'Rusun Berhantu', Ibu Ini Akhirnya Dapat Tempat Tinggal Pengganti

Kemudian Februari 2021, sebanyak 49.202 unit mobil terjual, sementara Februari 2020, 77.847 uni, berarti turun 36,7 persen

Barulah di Maret terjadi kenaikan, namun kenaikannya pun tidak sebesar yang Jokowi ucapkan.

Maret 2021, sebanyak 84.910 unit mobil terjual, sementara Maret 2020, 60.447, sehingga mengalami kenaikan 40,4 persen.

Baca Juga: 11 Unit Sepeda Motor Milik AHM Ramaikan IIMS Hybrid 2021

Berdasarkan data tersebut, Arief Munandar mengaku heran atas dasar apakah Jokowi mengatakan 190 persen.

"Kalaupun ada selisih antara surat purchase order dengan yang riil dibeli customer, menurut gua selisihnya gak akan sebesar itu juga," ucapnya.

Atas alasan itulah, Arief Munandar menyebut bahwa Jokowi melakukan kebohongan publik. Namun dirinya memiliki spekulasi lain jikamemang Jokowi tidak berbohong.

Baca Juga: Aksinya Dihujat Susi Pudjiastuti, Lucinta Luna Akhirnya Minta Maaf: Awalnya Enggak Tahu

Menurutnya, Jokowi bisa jadi mendapatkan suplai informasi yang tidak akurat dari para menterinya, dalam hal ini adalah Menteri Perindustrian.

Maka dari itu, Arief Munandar meminta Jokowi untuk segera menindak tegas menteri yang bersangkutan.

"Kalau sampai menteri memberikan informasi yang tidak akurat kepada presiden dan kemudian itu bisa dicek oleh publik dengan gampang. Ini kan mempermalukan presiden di hadapan rakyatnya sendiri, harusnya presiden bertindak tegas," katanya.

Baca Juga: Soroti Pernyataan Ustaz Yusuf Mansur soal Orang Miskin, Gus Sahal: Miskin Gak Lantas Kurang Ibadah

Jika tidak, menurutnya ini akan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.

"Laporan-laporan semacam ini yang nuansanya adalah abs (asal bapak senang) akan terus datang ke Jokowi dan Jokowi akan terus terjerumus," tuturnya.

Tak hanya kali ini, Arief Munandar menyampaikan bahwa ketidak akuratan ucapan Jokowi dengan data yang sebenarnya sering terjadi, seperti yang terbaru soal impor beras.

"Ternyata kemudian ketika kita check, 2018, 2019, dan 2020 itu ada impor beras, bahkan di 2018 itu sangat tinggi jumlah beras yang kita impor masuk ke Indonesia," ucapnya.

"Poin gua adalah, Jokowi dan para menterinya harus sadar bahwa rakyat itu tidak bodoh setiap pemerintah itu menyampaikan data, apalagi data yang sifatnya positif." sambung Arief Munandar.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: YouTube Bang Arief

Tags

Terkini

Terpopuler