Psikolog UI: Orang yang Tidak Percaya Covid-19 Cenderung Kurang Kritis

19 Agustus 2021, 10:46 WIB
Anti vaksin dan penyangkal adanya pandemi Covid-19 di Jerman. /Reuters/Fabian Bimmer

 

PR BEKASI - Ada lebih dari 3.5 juta orang terinfeksi dan 121.141 nyawa yang meninggal akibat pandemi Covid-19 dalam catatan resmi Kementerian Kesehatan per 19 Agustus 2021.

Di tengah fakta yang memilukan tersebut masih saja ditemui orang-orang yang menyangkal dan tidak mempercayai keberadaan Covid-19.

Psikolog Rininda Mutia dari Universitas Indonesia (UI) kepada Antara mengatakan bahwa orang-orang yang tidak percaya tentang wabah virus corona di tengah pandemi Covid-19 19, biasanya punya cara berpikir yang kurang kritis.

"Mereka sangat mudah menerima informasi baru, mendapatkan sugesti yang tergantung dari lingkungan pergaulannya," kata Rininda Mutia seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara pada Kamis, 19 Agustus 2021.

Baca Juga: Daftar Vaksin Covid-19 Gratis Bekasi 16-23 Agustus, Vaksin Sinovac untuk Dosis Pertama dan Kedua

"Kalau dia tergabung dalam grup Whatsapp yang tidak percaya Covid-19 dan banyak informasi tidak benar, mereka akan percaya," paparnya.

Ada berbagai alasan di balik rasa tidak percaya atas Covid-19 salah satunya karena lebih percaya terhadap teori konspirasi.

Rininda Mutia menjelaskan orang-orang yang terlalu banyak terpapar hoaks tapi tidak dibarengi dengan cara berpikir kritis bisa ikut termakan informasi yang tidak benar. Sehingga pada akhirnya mempercayai bahwa Covid-19 tidak ada meski virus ini telah merenggut banyak korban jiwa.

Ia juga mengatakan alasan lain seseorang tidak percaya Covid-19 adalah rasa takut dan khawatir yang berujung kepada penyangkalan.

Baca Juga: Daftar Online Vaksin Covid-19 Gratis Khusus Warga Jakarta, Catat Syarat dan Cara Daftar

"Itu adalah salah satu pertahanan diri manusia, ketika dia merasa ada sesuatu yang lebih besar dari dia, tapi dia tidak siap menghadapinya, jadi dia menyangkal bahwa Covid-19 tidak ada," kata Rininda Mutia, menjelaskan.

Penyangkalan terjadi karena seseorang tidak siap menghadapi kenyataan bahwa ada hal yang berbahaya di hadapannya.

Dengan menolak menerima kenyataan, seseorang menganggap dirinya akan merasa tenang.

Padahal, jauh di lubuk hati ketenangan itu sebetulnya sedang bergejolak.

Baca Juga: Daftar Vaksin Covid-19 Gratis Kota Sukabumi Kamis 19 Agustus 2021, Berikut Syarat dan Cara Daftar

Rininda Mutia menyarankan bila ada teman atau anggota keluarga yang tidak percaya Covid-19, supaya diberi penjelasan dan meluruskan informasi.

Urusan apakah dia akan berubah pikiran bukan masalah kita, sebab itu berada di luar kontrol Anda, paparnya Rininda.

Jika memang tidak ada titik temu, terimalah bahwa tidak setiap perdebatan berujung kepada kesepahaman yang sama.

Menurut Rininda Mutia, ada kalanya kita harus setuju untuk tidak setuju.

"Kita tidak bisa memaksakan hal tersebut kepada orang lain. Jangan memikirkan sesuatu di luar kontrol karena bikin kita frustasi dan merasa tidak berdaya," pesan dia.

Rininda Mutia kemudian berpesan agar kita bisa mengendalikan apa yang bisa dikontrol sendiri, seperti disiplin menjaga protokol kesehatan dan mendapat vaksinasi untuk mempercepat kekebalan komunal.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Antara

Tags

Terkini

Terpopuler