Polusi Udara Turun Saat Pandemi Corona, Greenpeace: Efek Samping Sementara

15 April 2020, 15:11 WIB
LALU lintas di tol dalam kota kawasan Pancoran, Jakarta, MInggu 12 April 2020.* /NOVA WAHYUDI/ANTARA/

PIKIRAN RAKYAT - Menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), polusi udara selama masa social distancing menurun.

Hal tersebut dilihat dari tingkat konsentrasi Particulate Matter (PM 10) sejak Maret 2020.

Selain itu, Badan Antariksa Eropa (ESA) mengamati perubahan konsentrasi Partikulat Nitrogrn Dioksida (NO2) di Spanyol, Prancis, dan Italia pada Maret 2020 yang menunjukkan adanya penurunan konsentrasi partikult di udara.

Hal tersebut terjadi karena adanya penurunan aktivitas industri dan transportasi selama karantina wilayah di negara-negara tersebut.

Baca Juga: Masker Kain Harus Diganti Setelah 4 Jam Pemakaian, Cuci dengan Benar untuk Cegah Corona

Greenpeace melaporkan sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-bekasi.com, penurunan polusi udara dan penurunan emisi karbon hanyalah efek samping dari kegiatan ekonomi masyarakat.

Menurut Greenpeace, hal itu adalah cara paling tidak tahan lama untuk mengendalikan emisi dan membersihkan udara.

Setelah dua bulan masa lockdown, sejumlah negara seperti Tiongkok, dan Amerika Serikat membuat rencana melonggarkan kembali aktivitas perekonomian yang sempat terdampak pandemi virus corona.

Baca Juga: Cek Fakta: Karcis Disebut Jadi Kartu Sakti Jokowi untuk Lawan Corona, Simak Faktanya

Sementara itu, di Jakarta, sejumlah media memberitakan bahwa selama masa pemberlakuan social distancing, tingkat polusi udara menurun.

Aplikasi pemantau kualitas udara menunjukkan, pada 10 April 2020, indeks kualitas udara berada di level sangat baik (hijau).

Akan tetapi, Hal itu berlangsung beberapa jam. Menurut Greenpeace, secara keseluruhan, rata-rata indeks kualitas udara selama 3 pekan masa work from home masih berada di kategori ridak sehat (kuning dan oranye).

Hal itu menunjukkan, masih ada sumber emisi lain yang berkontribusi terhadap polusi udara di Jakarta.

Baca Juga: Pecat Staf Khusus Jokowi dengan Konflik Kepentingan, Ujar ICW

Sumber emisi tersebut tidak hanya berasal dari transportasi dan aktivitas pergerakan masyarakat Jakarta.

Ada sumber tidak bergerak yang lain yang hingga saat ini masih luput dari perhatian publik, khususnya pemerintah sebagai pembuat kebijakan.

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kualitas udara di suatu wilayah selain industri, transportasi, dan pergerakan manusia.

Polusi udara juga sangat dipengaruhi cuaca, arah angin, kepadatan populasi, serta intensitas cahaya matahari.

Pemberlakuan masa social distancing dan PSBB tidak semata-mata menjadi penyebab kualitas udara Jakarta membaik.

“Dengan terjadinya wabah ini, kita harus lebih menyadari bahwa udara bersih merupakan hak paling mendasar manusia,” kata Greenpeace.

“Sebab, kita bernafas setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik. Penanganan polusi udara harus dilaksanakan dengan lebih sistematis, terukur, dan terarah,” katanya.***

Editor: Yusuf Wijanarko

Tags

Terkini

Terpopuler