Kisah Dr Moniqa, Tebar Semangat Kartini dari Ruang Isolasi Virus Corona

21 April 2020, 13:24 WIB
Dr Wisuda Moniqa Silviyana, Sp. P /Antara

PIKIRAN RAKYAT - Setiap tanggal 21 April 2020, seluruh masyarakat Indonesia memperingati hari lahir Raden Ajeng Kartini, seorang pahlawan nasional perempuan.

Sosok wanita yang lahir di Jepara pada 21 April 1879 serta wafat di usia yang begitu yakni 24 tahun, di Rembang, 17 September 1904 ini dikenal sebagai sosok pionir penggerak emansipasi wanita pada masanya.

Kisah inspiratif RA Kartini tentunya menjadi insiparasi bagi sejumlah wanita-wanita Indonesia, salah satunya adalah dokter Moniqa.

Baca Juga: Imbas Merebaknya Virus Corona, Angka Permintaan Obat Penenang di AS Alami Peningkatan

Terutama di tengah pandemi virus corona melanda di Indonesia.

Dikutip Pikiranrakyat-bekasi.com dari Antara, dokter spesialis paru ini bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto, yang merupakan rumah sakit rujukan Virus Corona atau COVID-19.

Selama bekerja menjadi dokter spesialis paru tentunya pengalaman mengobati pasien positif virus corona akan menjadi sebuah penggalan cerita kehidupan yang akan disimpan rapat dalam ingatannya.

Baca Juga: Sadar dari Masa Kritis Virus Corona, Dua Dokter di Wuhan Dapati Kulitnya Menghitam

Dokter bernama lengkap Dr Wisuda Moniqa Silviyana, Sp P ini masih ingat menangani pasien yang dikonfirmasi positif virus corona.

Pasien tersebut mengalami perburukan dan sesak lalu dikabarkan meninggal dunia.

Padahal dirinya bersama tim penyakit infeksi emerging (PIE) RSUD Prof Dr Margono Soekarjo telah melakukan segala upaya terbaik yang bisa dilakukan, mulai dari melakukan intubasi hingga memasang ventilator untuk alat bantu napas namun takdir berkata lain dan pasien tidak tertolong. Kenyataan itu membuatnya sedih.

Baca Juga: Siap-siap, 152.000 Paket Bantuan Virus Corona Akan Disalurkan Pemkab Bekasi

Namun ternyata kesedihan belum selesai sampai di situ tidak berapa lama kemudian dia mendapatkan kabar bahwa jenazah sempat mendapatkan penolakan ketika akan dimakamkan padahal pemulasaraan telah dilakukan sesuai standar prosedur penanganan pasien COVID-19.

Baginya, hari itu adalah hari yang kelabu yang tidak akan pernah ia lupakan, dan telah ia simpan dengan baik di ingatan agar nantinya akan dapat terus abadi menjadi gulungan kenangan.

Namun demikian, pengalaman itu juga menjadikannya semakin kuat dan terus berupaya terbaik melakukan penanganan secepatnya, sebaik-baiknya, meskipun ia sadar bahwa pekerjaan ini sangat berisiko penularan akibat kontak langsung dengan pasien yang ditangani setiap hari.

Baca Juga: Aji Mumpung Pandemi Virus Corona, Pengusaha Dukung DPR agar RUU Cipta Kerja Dilanjutkan

Namun dorongan untuk menyembuhkan pasien ia rasakan lebih besar dari rasa takutnya, sehingga ia berusaha menyiasatinya dengan berfikir positif bahwa penularan ini bisa dicegah dengan cara menerapkan prinsip-prinsip standar pencegahan infeksi.

"Untuk itulah kami berusaha menggunakan APD yang sesuai, mengikuti prosedur bagaimana cara memakai dan melepasnya, melakukan cuci tangan atau disinfeksi. Dengan bekerja sesuai standar, Insya Allah akan aman terlindungi," katanya.

Rindu Anak

Baca Juga: Harga Minyak AS Turun hingga di Bawah Nol Dollar AS per Barel, Pertama Sepanjang Sejarah

Selama masa pandemi virus corona melanda di Indonesia, dokter Moniqa menyadari betul bahwa menangani virus corona adalah bagian dari kewajibannya sebagai seorang dokter spesialis paru.

Namun selain seorang dokter, dirinya pun merupakan seorang ibu, dimana saat berjuang menangani pasien virus corona, ada kala dia sangat merindukan si buah hati.

Jarak dari rumahnya ke rumah sakit tempat ia bekerja sekitar 90 km, rumahnya memang berlokasi di Kabupaten Wonosobo sementara rumah sakit berlokasi di Kabupaten Banyumas.

Baca Juga: Sesi I, IHSG dan Nilai Tukar Rupiah Masih Dibuka Melemah

"Jarak dari rumah ke rumah sakit saya tempuh sekitar dua jam, biasanya dulu sebelum pandemi saya bisa pulang hampir tiga kali seminggu agar bisa ketemu anak terutama jika sedang tidak banyak pasien dan tindakan. Dari rumah saya berangkat jam 05.30 pagi sampai rumah sakit jam 07.30 pagi," ujarnya.

Namun sekarang, setelah ada pandemi, kesibukannya semakin menjadi dan membuatnya jarang sekali bisa pulang ke rumah.

Sekarang ini, tambah dia, dirinya jarang sekali bisa pulang, paling cepat dua minggu sekali atau bahkan lebih, itupun setelah melewati pemeriksaan rapid test dan swab, apabila hasilnya aman baru dia berani pulang.

Baca Juga: Cek Fakta: Italia Menyerah karena Gagal Atasi Corona, Simak Faktanya

"Saya tetap mengupayakan pulang demi melihat anak dan suami, sampai rumah saya langsung mandi dan membersihkan diri lalu tidur di kamar yang berbeda, karena takut kalau saya ada membawa virus," ungkapnya.

Kondisi demikian kadang menorehkan pilu dihatinya, sehingga ia berharap pandemi segera berakhir sehingga ia dapat memeluk anaknya seperti biasanya, menjalankan perannya sebagai dokter, seorang istri dan juga sebagai seorang ibu.

Dia meyakini dengan bahu membahu dan bersama-sama saling mencegah, maka pandemi akan dapat dihadapi, akan selalu ada terang diujung lintasan yang gelap.

Baca Juga: 11 Hari Pelaksanaan PSBB di DKI Jakarta Dianggap Belum Optimal

"Hadapi COVID-19 ini dengan pikiran positif, saling bahu membahu mendukung satu sama lain. Kenali penyakit ini, pelajari gejala dan tanda serta cara penularannya, terapkan langkah-langkah pencegahannya. Terapkan pola hidup bersih dan sehat serta tetap dirumah selama wabah akan menekan berkembangnya penyakit ini," tuturnya.

Dia juga mengingatkan warga untuk menggunakan masker, menerapkan etika batuk, mengkonsumsi makanan bernutrisi, minum air putih yang banyak dan istirahat dengan cukup, serta melakukan jaga jarak fisik dan sebisa mungkin tetap dirumah guna menekan rantai penularan.

"Bila ada anggota keluarga atau kerabat yang terinfeksi segera kita bantu untuk penanganan selanjutnya di ruang isolasi rumah sakit. Biarkan tim medis bekerja untuk mereka, keluarga dan tetangga mari saling dukung dari rumah dengan doa dan semangat. Jika saatnya mereka dinyatakan sembuh, mereka akan diperbolehkan pulang jauhi stigma dan tetap berpikiran positif," imbuhnya.

Baca Juga: Mesut Ozil Tolak Kesepakatan Potongan Gaji 12,5 Persen dari Arsenal

Dia juga menyampaikan rasa terima kasih kepada masyarakat yang sudah banyak membantu para petugas medis.

Dia mengatakan tim nya mendapat banyak sekali bantuan dari masyarakat berupa APD, masker, hingga vitamin dan makanan.

Mendapatkan beribu perhatian, ada rasa haru yang mengalir di antara peluh mereka yang sedang berjuang di garda terdepan, dan ada rasa hangat yang menjalar di hati mereka yang sedang mengobati pasien di ruang isolasi.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler