Dukung Pengembangan Kendaraan Listrik Indonesia, Satryo: Tidak Mau Jadi Importir Kendaraan Selamanya

5 September 2020, 14:33 WIB
Armada Trans Jakarta berbahan bakar listrik. /Mobil Komersial/

PR BEKASI - Penasehat Khusus Bidang Kebijakan Inovasi dan Daya Saing Industri Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi, Satryo Soemantri mengatakan Indonesia dinilai telah siap menjadi produsen kendaraan listrik.

Selain itu juga, Indonesia memiliki cadangan bahan baku berupa nikel dan kobalt sangat besar untuk dikembangkan menjadi industri baterai lithium sebagai komponen utama kendaraan listrik.

"Kita tentunya tidak ingin menjadi importir kendaraan terus-menerus, tapi harus bisa memproduksi kendaraan listrik. Dari sisi teknologi sebenarnya Indonesia sudah bisa menguasai," kata Satryo, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara, Sabtu, 5 September 2020.

Baca Juga: Kusala Sastra Khatulistiwa Rilis Daftar Panjang Pemenang Kategori Puisi dan Prosa 2019-2020

Pemerintah juga mendorong swasta yang selama ini mengimpor kendaraan listrik untuk segera membangun pabrik kendaraan listrik di Indonesia dengan menggandeng prinsipal dari luar negeri.

Menurut Satryo, untuk tahap pertama Indonesia akan mencoba mengembangkan dua hal. Pertama, mengembangkan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai, dan kedua mengembangkan baterai lithium sebagai komponen penggerak utama dari kendaraan listrik.

"Harus berjalan paralel. Pengembangan kendaraan dan baterai, jalan bersama," katanya.

Baca Juga: Sekda Kota Bekasi Lantik 21 Pejabat Eselon III dan IV, Reny Hendrawati: Harus Kerja Tim

Sementara itu, pada kesempatan yangs sama, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menilai saat ini merupakan momentum terbaik mengembangkan kendaraan listrik di Indonesia sekalipun masih harus menggandeng negara lain yang sudah terlebih dahulu maju di industri kendaraan listrik.

Dirinya mengatakan bersemangat dalam mengembangkan kendaraan listrik karena tidak mau terus menerus Indonesia dijadikan pasar impor kendaraan.

"Apalagi teknologi kendaraan listrik relatif lebih mudah dikembangkan dan Indonesia memiliki nikel terbesar di dunia sebagai bahan baku pembuatan baterai," kata Luhut.

Baca Juga: Kusala Sastra Khatulistiwa Rilis Daftar Panjang Pemenang Kategori Puisi dan Prosa 2019-2020

Hal ini disampaikannya dalam webinar "Kesiapan Pemangku Kepentingan Dalam Percepatan Investasi Produksi Kendaraan Listrik dan Infrastruktur Pendukung" di Jakarta, hari ini.

Pemerintah telah mengeluarkan sejumlah payung hukum, lanjut dia, untuk mengembangkan kendaraan listrik, seperti Perpres Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan.

Perpres ini menandakan kebangkitan Indonesia untuk menjadi produsen kendaraan berbahan bakar non fosil tersebut

Baca Juga: Sekda Kota Bekasi Lantik 21 Pejabat Eselon III dan IV, Reny Hendrawati: Harus Kerja Tim

Untuk mengembangkan kendaraan listrik, kata Luhut pemerintah akan menggandeng sejumlah negara antara lain Tiongkok yang teknologi industri tersebut sudah sangat maju dan bahkan hampir merajai kendaraan listrik di dunia.

Indonesia katanya tidak perlu naif untuk belajar teknologi kendaraan listrik dari Tiongkok mengingat negara itu memiliki pengalaman sangat lama dalam mengembangkan kendaraan listrik.

Namun demikian, kata Luhut, ke depannya harus ada transfer teknologi yang nantinya bisa dikembangkan oleh tenaga-tenaga ahli orang Indonesia.

Baca Juga: Rasakan Sensasi Baru, Game Free Fire Kolabirasi dengan Serial Netflix Money Heist Rilis Pekan Ini

"Untuk itu Indonesia sudah mengirimkan banyak tenaga-tenaga ahli dari berbagai universitas terkemuka dikirim ke Tiongkok untuk belajar kendaraan listrik, kita pelajari keberhasilannya juga kesalahan yang pernah mereka alami." katanya.

 

 

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler