PSBB Diterapkan secara Berkelanjutan, Seniman TMII harus 'Kucing-kucingan' dengan Petugas

29 September 2020, 11:26 WIB
Pawai Budaya Nusantara 2019 TMII. /Instagram/@ilovetamanmini/

PR BEKASI – Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diterapkan secara berkelanjutan, Komunitas Seniman Taman Mini Indonesia Indah (TMII) saat ini menanti solusi jitu dari pemerintah.

Koordinator Seniman Tari dan Musik TMII, Armen, mengungkapkan bahwa mereka menanti solusi untuk mengatasi persoalan ekonomi di tengah PSBB Jakarta.

"Saya tahu bahwa mengurus warga dalam jumlah besar itu susah, tapi apa langkah jitunya saat kesenian di ruang budaya itu ditutup semua," ungkapnya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara, Selasa, 29 September 2020.

Baca Juga: Cek Merchant Baru ShopeePay Minggu ini, Produk Fesyen dan Makanan Lezat Ternama Menanti Anda

Armen tidak menampik perhatian pemerintah daerah dalam bentuk pemberian sembako yang berisi beras, minyak, gula, dan sebagainya.

Namun, bantuan tersebut belum sepenuhnya menutupi kebutuhan dasar profesi seniman di Jakarta.

"Kalau hanya bantuan sosial beras, minyak, dan lainnya, itu hanya kebutuhan perut saja. Tapi bagaimana mereka sewa tempat tinggal, listrik, khususnya mereka yang berkeluarga itu seperti apa? Ini harus ada rundingan lebih jauh," tutur Armen.

Baca Juga: Pakar Kesehatan Ungkap Obat Antidiabetes Berpeluang Mengurangi Angka Kematian Pasien Gagal Jantung

Dia pun mengatakan, belum lama ini dirinya menampung seorang anak keturunan Suku Dayak, Kalimantan, di rumahnya.

Pertolongan tersebut dilakukan, sebab anak itu terusir dari indekos setelah tidak memiliki pendapatan untuk membayar uang sewa.

"Dia hutang ibu kos, sebab agak susah membayar sewa dan tidak ada pertolongan, akhirnya saya bicarakan dia tinggal di saya, saya yang urus untuk hidupnya," kata Armen.

Baca Juga: Manjakan Otaku, Pengusaha Jepang Ini Jual Pengharum Ruangan Beraroma 'Gadis Sekolah' secara Daring

Dia pun dituntut dapat bekerja kreatif di tengah impitan beban ekonomi, sambil tetap melakukan rekaman musik di studio salah seorang rekannya.

"Kami membuat karya musik Borneo yang berkaitan dengan Kalimantan, kami rekam walaupun harus 'kucing-kucingan' dengan petugas saat masuk ke studio teman. Yang penting jadi hasil karya yang bisa kami tawarkan ke publik," ungkap Armen.

Selain itu, dia bersama komunitasnya juga membangun bersama komuniats "anak punk" dengan memberikan sentuhan tradisi budaya dalam aransemen musik mereka.

Baca Juga: Acara KAMI di Jatim Dibubarkan Polisi, Din Syamsudin: Itu Bukan Acara Deklarasi, Tapi Silaturahmi

"Ada beberapa karya yang mereka aransemen, kita produksi untuk aktivitas saja. Sebab diam di rumah, kita stress, justru itu akan turunkan daya tahan tubuh," katanya.

"Saya juga pernah mengisi acara di instansi pemerintahan, tapi tidak jelas juga. Harapannya bisa dapat bantuan keuangan, tapi banyak juga teman-teman yang menanyakan kejelasannya gimana," ungkapnya melanjutkan.

Armen meminta otoritas terkait dapat meninjau langsung kondisi seniman saat ini, dan bisa segera memberikan solusi jitu bagi keberlangsungan ekonomi mereka.

Baca Juga: Meski Baru Temukan Gas Fosfin, Rusia Klaim Kepemilikan Venus secara Sepihak

"Surveilah ke lapangan, bertanya kepada seniman seperti apa?, bagaimana pun kita warga negara." ucapnya.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler