Mandirikan Penyandang Disabilitas Lewat Terapi Seni, Kemensos 'Ubah' Balai Rehabilitasi Miliknya

1 November 2020, 17:55 WIB
Sejumlah siswa binaan Istana Karya Difabel (IKD) menampilkan musik band saat peringati Sumpah Pemuda di Wisata Kuliner Arif Rahman Hakim, Surabaya, Rabu, 28 Oktober 2020. /Pikiran-rakyat.com

PR BEKASI – Penerapan terapi seni dalam pelayanan pendidikan dan pelatihan bagi para difabel dilakukan sebagai upaya peningkatan kemandirian mereka.

Kementerian Sosial (Kemensos) pun memberikan dukungan terhadap upaya peningkatan kemandirian penyandang disabilitas tersebut.

Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kemensos Harry Hikmat menyampaikan hal tersebut dalam siaran pers Kementerian, yang diterima di Jakarta pada Minggu, 1 November 2020.

Baca Juga: Awali Bulan November dengan Mati Lampu, Gangguan 4 SUTET Termasuk di Bekasi Jadi Penyebabnya

“Ini bisa membangkitkan respek terhadap kondisi kaum yang memiliki kemampuan berbeda,” ujarnya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara.

Harry Hikmat pun menekankan Balai Besar/Balai Rehabilitasi Sosial disiapkan untuk menjadi lokasi terapi seni sebagai kurikulum.

“Maka itu, saya menekankan ke Balai Besar/Balai Rehabilitasi Sosial untuk menjadikan art therapy (terapi seni) sebagai kurikulum. Karena akan ada peningkatan level, bukan sekedar terampil, tapi ahli,” tuturnya.

Harry Hikmat menghadiri acara penandatanganan nota kesepahaman antara usaha kecil dan menengah (UKM) Creative Business Of Difable Community (CIDCO) dan Artheraphy Center Widyatama Bandung, dengan Yayasan Komunitas Tionghoa Peduli dan PT Lintas Sinergi Jabarindo.

Baca Juga: Masyarakat Indonesia Wajib Waspadai La Nina, Megawati: PDIP Siap Bantu BMKG Informasikan Bencana

Penandatanganan tersebut dalam rangka program kerja bidang industri kreatif di Artherapy Center Widyatama, Kota Bandung pada Sabtu, 31 Oktober 2020.

CIDCO dan Artherapy Center Widyatama Bandung menyelenggarakan pendidikan selevel Diploma 3 bagi penyandang disabilitas dan menggunakan pendekatan terapi seni dalam kegiatan pendidikan bagi difabel.

“Ketika penyandang disabilitas masuk di Artherapy Center, mereka akan mendapat sertifikat kompetensi sehingga mereka mampu bersaing di dunia industri,” ucap Harry Hikmat.

Kemensos menyatakan akan mendukung upaya pengembangan pendidikan difabel berbasis terapi seni tersebut.

Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Megawati Dilarang Bicara Pancasila Karena Dia Adalah Anak Pungut dari Soekarno?

Antara lain dengan meningkatkan kapasitas Balai Besar/Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas di bawah Kementerian Sosial.

Penasihat Artherapy Center Widyatama sekaligus Ketua Dewan Penasihat CIDCO Anne Nurfarina menerangkan bahwa terapi seni merupakan metode dengan fleksibilitas tinggi untuk membangkitkan kemampuan fitrah penyandang disabilitas.

“Contoh adalah autistik, karena mereka memiliki hambatan di komunikasi. Kami menggunakan metode membangun respons komunikasi agar terjadi interaksi,” ujarnya.

“Lalu kami memberikan pengetahuan untuk mengubah stigma, bahwa kecerdasaan itu bukan hanya jago matematika,” ucap Anne Nurfarina menambahkan.

Baca Juga: Kota Terbaik, Fadli Zon Malu Lihat Kelakuan Jubir Istana: Giliran Ada Penghargaan Ikut-ikutan Klaim!

Sementara itu, Ketua Pembina Yayasan Widyatama Sri Juniati mengatakan bahwa penanganan masalah sosial, tidak bisa dilakukan sendiri oleh keluarga dan komunitas. Namun, membutuhkan dukungan kuat dari pembuat kebijakan.

“Hadirnya Dirjen Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial, mempertegas tidak hanya kehadiran fisik, tapi berkelanjutan untuk sekarang dan masa mendatang,” ucapnya.

“Kami berharap para penyandang disabilitas ini bisa semakin mandiri dan menjadi inspirator bagi masyarakat luas,” tutur Sri Juniati menambahkan.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler