Selain itu, studi yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan The Asia Foundation pada 2018 menunjukkan, pembangunan jaringan jalan di wilayah itu telah memperbaiki kehidupan sosial ekonomi masyarakat melalui perbaikan konektivitas.
Kehidupan ekonomi masyarakat meningkat karena mereka bisa menjual barang dagangan ke luar daerah dalam jumlah lebih banyak dibandingkan sebelumnya.
Perbaikan konektivitas juga memperbaiki kehidupan sosial masyarakat, karena masyarakat bisa lebih sering saling mengunjungi.
Baca Juga: Tanggapi Deklarasi Papua Barat, Fadli Zon: Ini Benny Wenda Nantang Indonesia, Kok Masih Urusi HRS?
"Pembangunan jalan mendorong penurunan biaya dan waktu tempuh," ujar Edy.
Sementara itu, indikator lainnya adalah Koefisien Gini Papua yang naik sedikit dari 0,392 pada 2015 menjadi 0,394 pada 2019. Sedangkan di Papua Barat membaik, yaitu dari 0,428 pada 2015 menjadi 0,386 pada 2019.
"Tingkat pengangguran terbuka dua provinsi tersebut mengalami penurunan selama periode 2015-2019, yaitu dari 3,99 persen menjadi 3,65 persen untuk Papua, dan dari 8,08 persen menjadi 6,24 persen untuk Papua Barat," kata Edy.
Baca Juga: Papua Barat Deklarasikan Kemerdekaan, DPR: Jangan Anggap Remeh, Jangan Berakhir Seperti Timor Leste
Namun, Edy juga mengakui bahwa pertumbuhan ekonomi Papua pada 2019 memang negatif.
Hal itu disebabkan oleh penurunan tajam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari sektor pertambangan akibat transisi sistem produksi PT Freeport dari tambang terbuka menjadi tambang bawah tanah.