Felix Siauw Kritik Juliari yang Maling Uang Rakyat: Mamah Minta Tas Baru, Anak Pengen Mobil Sport

- 7 Desember 2020, 08:36 WIB
Felix Siauw yang mengkritik perbuatan Menteri Sosial Juliari P Batubara yang merampas dana bansos masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19.
Felix Siauw yang mengkritik perbuatan Menteri Sosial Juliari P Batubara yang merampas dana bansos masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19. /Instagram.com/@felixsiauw

PR BEKASI - Pendakwah dan eks tokoh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Felix Yanwar Siauw atau akrab disapa Felix Siauw turut mengkritik tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh Menteri Sosial (Mensos) Juliari Peter Batubara.

Felix Siauw membeberkan beberapa sebab mengapa seseorang seperti Juliari bisa kepikiran untuk melakukan tindak pidana korupsi.

"Banyak sebab orang korupsi. Kata Bang Napi, ada niat dan ada kesempatan. Bahasa kerennya, faktor internal (individu) dan eksternal (sosial dan sistem), begitu," tuturnya, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari akun Instagram @felixsiauw, Senin, 7 Desember 2020.

Baca Juga: Ustaz Maaher Menangis, Gus Nadir: Kita Ini Manusia yang Lemah

Namun, semua tindakan korupsi tersebut menurutnya tidak akan terjadi jika Juliari memiliki pengendalian diri yang baik serta harga diri yang tinggi.

"Niat tergantung iman dan takwanya, atau bila nggak beragama, tergantung persepsi dan pengendalian dirinya. Seperti orang Jepang yang mengutamakan harga diri ketimbang apapun," ucapnya.

Felix Siauw yakin walaupun awalnya Juliari hanya niat untuk merampok dana bansos untuk masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19 tersebut, lama kelamaan dari yang hanya niat tersebut menjadi dorongan nafsu dunia.

Baca Juga: Diskusinya dengan Effendi Gazali Kena Tegur, Deddy Corbuzier Malam-malam Telepon Susi Pudjiastuti

"Tapi namanya manusia, niat itu tetap ada batasnya. Sekali ga mempan, dua kali, tiga kali, sekian kali mulai muncul nafsu dunia, sejarah membuktikan, ga ada manusia yang ga bisa salah." tuturnya.

Selain niat, ia juga menjelaskan bahwa faktor kesempatan dalam tindak pidana korupsi juga sangat berpengaruh.

"Makanya kesempatan itu juga penting. Kontrol sosial itu perlu. Karena kebaikan lebih mudah kalau bareng, kejahatan itu lebih susah kalau bareng, liat aja orang pacaran maunya mojok mulu," ucapnya.

Baca Juga: Optimisme Vaksin Sinovac, Airlangga Hartarto: Vaksinasi Dapat Bangun Rasa Aman dan Kepercayaan Diri

Mengganti nama Indonesia menjadi 'Wakanda', Felix Siauw juga menyindir beberapa pejabat yang ikut-ikutan Juliari dalam kasus tindak pidana korupsinya tersebut.

"Sialnya, di 'Wakanda' banyak pejabat udah ga lagi kenal malu. Maksiat barengan, yang bersih malah dikucilin. Prinsip mereka, jangankan nyari halal, berebut yang haram aja susah," tuturnya.

Ia juga menekankan betapa pentingnya sistem untuk mengatur dan menutup kemungkinan seseorang untuk korupsi di Indonesia.

Baca Juga: Banjir Lahar Dingin Gunung Semeru Buat Panik Warga, BPBD: Masih Terpantau Aman

"Di sini pentingnya lagi sistem. Sistem itu yang ngatur apapun input-nya, output-nya sama. Bahasa Rasulullah, sistem itu kayak tungku tukang besi. Besi apapun masuk, keluarnya kilap," ucapnya.

Menurut Felix Siauw, korupsi yang dilakukan Juliari kemarin tergolong korupsi maling, padahal di Indonesia, legal corruption (korupsi legal) lah yang sering terjadi karena dilindungi oleh hukum.

"Liat di 'Wakanda', itung deh, banyak yang mana, korupsi niat atau korupsi karena kesempatan? Banyakan mana, korupsi maling atau legal corruption?," tuturnya.

Baca Juga: Ramai Ancaman Hukuman Mati Kasus Korupsi Bansos Covid-19, Firli Bahuri: Sedang Kami Dalami

"Yang baru-baru ini rame di berita 'Wakanda', yang ketangkap tangan itu korupsi maling, ratusan miliar. Tapi itu kecil ketimbang legal corruption, Korupsi lewat payung hukum," sambung Felix Siauw.

Ia juga menilai pengesahan Omnislash Law pada 6 Oktober 2020 lalu juga berperan penting dalam kelangsungan hidup legal corruption di Tanah Air.

"Di 'Wakanda' begitu, legal corruption, kayak Omnislash Law, yang nguntungin mereka banget, dan itu ga cukup bagi mereka yang klaim paling NKRW harga mati itu, dana covid juga diembat," ucapnya.

Baca Juga: Banyak Pejabat Kena OTT, Budiman Sudjatmiko: Sedih Sekali, Tak Sempat Mengingatkan

Menurut Felix Siauw, dibalik kenekatan seorang Juliari mencuri uang rakyat, terdapat beberapa alasan kuat yang melandasi tindak pidana korupsinya tersebut.

"Kenapa perlu korupsi? Untuk biayai partai-partai yang ga bakal balik modal kalo ga korupsi. Belum lagi tauke-tauke minta jatah, mamah juga minta tas baru, anak-anak nagih mobil sport," tuturnya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Felix Siauw (@felixsiauw)

Makannya dalam agama Islam, ia menekankan bahwa memiliki iman yang kuat itu penting, karena dengan begitu kita akan merasa diawasi oleh Allah 24 jam.

Baca Juga: Segera Mengundurkan Diri dari Jabatannya, Mensos Juliari: Saya Ikuti Dulu Prosesnya, Mohon Doanya

"Di masa Umar, pejabat yang di akhir masa abdi ada lebih harta selain gaji, disita. Yang paling penting, sistemnya dari Al-Qur'an, hingga LEGAL CORRUPTION bisa minimal, bahkan nihil. Liat aja pemerintahan Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin," ucapnya.

Perlu diketahui, Juliari diduga menerima suap sekitar Rp17 miliar terkait dana bantuan sosial (bansos) sembako untuk masyarakat yang terdampak Covid-19 di Jabodetabek.***

Editor: Ikbal Tawakal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x