"Pihak-pihak inilah yang akan memainkan 'taktik' sinterklas, 'hanya memberi tak harap kembali' hingga telah banyak abdi negara yang tertipu daya hingga terjerembab dalam pusaran korupsi," kata Firli Bahuri, seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara, Sabtu, 26 Desember 2020.
Lebih jauh bahkan bukan hanya terjebak, dikatakan Firli bahkan lebih gawat lagi jika aparatur pemerintah dan negara malah mencari bahkan meminta bingkisan atau kado agar tampil mewah saat hari raya.
Baca Juga: Sebut Jokowi Dikelilingi 'Siluman-siluman', Amien Rais: Selesaikan Dua Ujian Ini atau Mundur
Menurutnya perayaan besar agama bukan bertujuan untuk memperlihatkan kemewahan atau kemahalan, apalagi jika itu merupakan hasil dari praktik korupsi.
Firli menilai bahwa perayaan agama merupakan bentuk refleksi untuk menyadarkan semua kekurangan, kelemahan, dan kesalahan diri sebagai bagian dari umat beragama. Kesederhanaan ini menurutnya menjadi kunci perayaan apapun di banyak tempat bahkan dunia.
"Bukankah dalam ajaran Nasrani, Yesus memperlihatkan kesederhanaan hidupnya seperti halnya yang diterapkan Rasulullah dan para nabi dalam agama Islam pada kehidupan sehari-hari," kata Firli Bahuri.
Baca Juga: Bansos Covid-19 2021 Tak Lagi Tunai, Pastikan Nama Anda Ada di https://dtks.kemensos.go.id/
Mengingat sebagian masyarakat Indonesia saat ini tengah merayakan Natal, ia berharap agar semangat Natal dapat memantik lebih dalam sisi-sisi kemanusiaan, menggugah jiwa sosial agar lebih baik dalam berempati, peka, dan peduli dengan saudara sebangsa, terutama di situasi pandemi Covid-19 yang masih melanda negeri.
"Selamat merayakan Hari Natal, mari bersama kita tebar kasih dan selalu semai nilai-nilai kejujuran, kesederhanaan di hati sanubari dengan semangat anti korupsi agar Indonesia maju, sejahtera, aman, dan damai sentosa mulai Sabang sampai Merauke, Miangas hingga Pulau Rote, di mana kemajuan NKRI merupakan manifestasi cita-cita bangsa." tutur Firli Bahuri.***