Tanggapi Penemuan Drone di Kepulauan Indonesia, Pengamat Militer: Kemhan Tak Boleh Pandang Remeh

- 4 Januari 2021, 12:46 WIB
Pengamat militer dan intelijen, Susaningtyas NH Kertopati./ANTARA/
Pengamat militer dan intelijen, Susaningtyas NH Kertopati./ANTARA/ /

 

PR BEKASI - Penemuan kendaraan yang dioperasikan di bawah laut tanpa menggunakan operator atau tanpa awak di sejumlah perairan Indonesia menjadi perhatian serius sejumlah pihak.

Sebab ditemukannya benda yang disebut dengan UUV (Unmanned Underwater Vehicle), seolah menjadi gambaran rentannya sistem pertahanan negara Indonesia dari pihak asing di perairan bawah laut.

Menanggapi ini, pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati atau akrab disapa Nuning, menegaskan bahwa penemuan UUV atau 'drone' di Pulau Tenggol, Masalembu dan Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan harus dipandang serius dan harus dilakukan sejumlah langkah strategis.

Baca Juga: Nilai Amien Rais Sudah Tak Sesuai Zaman, Eks Politisi PSI: Bicara Sudah Ngelantur, Pensiun Atuh Pak!

Lebih jauh Nuning mengatakan bahwa kewaspadaan terhadap bahaya perang di kawasan perairan yang kerap menjadi sumber keributan seperti Laut Natuna Utara harus terus difokuskan.

"Kemhan, Mabes TNI dan Mabes TNI AL tidak boleh memandang remeh hasil temuan ketiga UUV beberapa waktu yang lalu. Jangan sampai konsentrasi menghadapi COVID-19 kemudian mengurangi Kewaspadaan Nasional terhadap bahaya perang besar di Laut China Selatan (Laut Natuna Utara)," kata Nuning seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara, Senin, 4 Januari 2021.

Dijelaskan Susaningtyas bahwa penggunaan teknologi sistem tanpa awak atau Unmanned System ini sebetulnya umum digunakan oleh negara maju di laut.

Baca Juga: Oposisi Hanya Tinggal PKS, Sherly: Ini Waktu yang Tepat Bagi Jokowi untuk Tunjukkan Kapasitasnya

Diketahui hasil penemuan, UUV tersebut berlabel Shenyang Institute of Automation Chinese Academic of Science yang merupakan platform khusus untuk mendeteksi kapal selam Non-Chinese, serta merekam semua kapal di perairan Asia Tenggara dan Laut Natuna Utara.

Meski UUV ini merupakan bentuk penelitian, namun tidak menutup kemungkinan bahwa China dan negara lainnya juga meluncurkan USSV (Unmanned Sub-Surface Vehicle) yang membawa persenjataan.

Artinya penemuan UUV ini menjadi bukti bahwa perairan Indonesia dapat menjadi 'spill over' atau adu kekuatan militer antara China dan Amerika serta sekutunya.

Baca Juga: 1.610 Personel Gabungan Bantu Amankan Sidang Perdana Praperadilan Rizieq Shihab Hari Ini

"UUV ini masuk ke dalam kategori platform penelitian bawah laut. Namun tidak menutup kemungkinan China atau negara lainnya sudah meluncurkan USSV (Unmanned Sub-Surface Vehicle) yang sudah membawa persenjataan. USSV ini lebih berbahaya daripada UUV," tutur Nuning.

Nuning menjelaskan bahwa UUV yang ditemukan dalam kondisi malfunction dan tidak expired, artinya ada kendala teknis di dalam sistemnya. Namun analisa awal dan sementara, disebutkan bahwa UUV tersebut telah memiliki jam selam lebih dari 25.000 atau hampir 3 tahun. 

Merujuk data itu dan ditarik mundur ke belakang, maka kemungkinan besar UUV yang ditemukan telah diluncurkan sejak November 2017.

Baca Juga: Diduga Terafiliasi dengan HTI, Wakil Dekan di Unpad Diberhentikan

Atas penemuan ini, maka pemerintah harus membuat peraturan untuk menentukan tata cara menghadapi 'ilegal research' atau penelitian ilegal di perairan Indonesia, mulai dari perairan kepulauan hingga zona ekonomi eksklusif.

Kemudian dari Kementerian Pertahanan sendiri dapat segera berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan agar memasang alat pendeteksi di dalam laut (underwater detection device) di seluruh Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) dan semua selat strategis.

Hal itu penting untuk dapat memantau lalu lintas bawah laut, seperti di tempat yang strategis seperti di Malaka, Laut Natuna, Selat Makassar, Selat Sunda hingga Selat Lombok.  

Baca Juga: Sebut 'Pancasila Sampah dan Kotoran', Remaja Karawang Diciduk Polisi

"TNI AL harus segera melengkapi Puskodal-nya dengan sistem pemantauan bawah laut diperkuat dengan 'Smart mines' yang dapat dikendalikan secara otomatis atau manual. Kapal-kapal perang TNI AL juga harus dilengkapi dengan Anti-USSV System yang dapat menghadapi serangan USSV," kata Nuning.

Hal lainnya yang juga penting adalah meningkatkan kemampuan prajurit TNI AL agar dapat melakukan peperangan Anti-USSV sebagai bagian dari kemampuan peperangan dalam teknologi tanpa awak.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x