Setuju dengan Pendapat Ribka, Refly Harun: Banyak yang Takut Divaksin karena Merasa Tidak Aman

- 14 Januari 2021, 19:43 WIB
Sarjana Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) Refly Harun.
Sarjana Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) Refly Harun. /YouTube Refly Harun

PR BEKASI - Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Ribka Tjiptaning Proletariyati mengatakan kalau dia tidak mau divaksin Covid-19 yang diproduksi oleh Sinovac.

Ribka mengatakan dirinya menolak untuk divaksin karena keraguannya akan kejelasan dari status vaksin buatan Tiongkok tersebut.

Program vaksinasi tahap awal sendiri sudah dilaksanakan kemarin pada Rabu, 13 Januari 2021.

Ribka juga sempat menceritakan pengalaman buruknya perihal vaksinasi ketika dirinya masih menjabat sebagai Ketua Komisi IX DPR.

Baca Juga: Kecewa dengan Ribka Tjiptaning yang Tolak Vaksin, Epidemiolog: Padahal Dia Dokter, Harusnya Paham

Saat adanya pelaksanaan vaksin terjadap polio dan kaki gajah, bukan memberikan efek yang baik setelah divaksin, masyarakat justru terkena dampak buruknya.

Ribka mengatakan, masyarakat yang terkena dampak negatifnya malah menjadi lumpuh layu, sementara vaksin kaki gajah menghasilkan 12 nyawa masyarakat tak tertolong di daerah Sindanglaya, Jawa Barat.

Menanggapi penolakan dari Ribka Tjiptaning akan vaksin, Ahli Hukum Tata Negara Refly Harun mengatakan ada dua hal yang dia tangkap dari keengganan Ribka tersebut.

Hal yang pertama adalah vaksin yang ada jangan dibuat komersial, sementara yang kedua adalah Ribka memang masih ragu untuk menjalani vaksinasi.

Baca Juga: Banyak Warga yang Tolak Vaksinasi, Ferdinand Hutahaean: Negara Bisa Paksa, Tapi Saran Saya Tak Perlu

Bahkan dalam pernyataannya sendiri dia lebih memilih membayar denda, daripada harus divaksin.

Menurutnya dua hal tersebut harus ditangkap sebagai sebuah realita, yang menurutnya sudah tentu juga ada di dalam benak masyarakat Indonesia.

"Dua hal ini harus ditangkap sebagai sebuah realita yang tentu banyak juga di pikiran rakyat Indonesia yang tidak bisa dinafikan begitu saja," ucapnya.

Refly menuturkan bahwa banyak orang yang merasa takut untuk diberi vaksin lantaran mereka tidak merasa aman.

Baca Juga: Bandingkan Kasus Raffi Ahmad dengan Habib Rizieq, dr. Tirta: Bisa Runyam Bang, di Situ Ada Pak Ahok

Masyarakat malah takut akan efek samping yang dihasilkan dari vaksinasi tersebut.

"Banyak orang merasa takut divaksin, bukan karena merasa safe tapi takut efek samping yang tidak diinginkan," ucap Refly.

Menurutnya hal itu yang seharusnya ditangkap oleh pihak pemerintah, terlebih dengan maraknya berita yang mengabarkan efektivitas vaksin Covid-19 dari Sinovac tidak terlalu baik keunggulannya dibanding vaksin Covid-19 dari perusahaan lain.

Efkasi dari Sinovac sendiri di Brazil menjadi 50-an persen.

Baca Juga: Ada Peran Besar Syekh Ali Jaber bagi Hidupnya, Virgoun: Terima kasih Telah Menuntunku Bersyahadat

"Apalagi berita tentang Sinovac itu ya tidak terlalu baik juga keunggulannya dibandingkan vaksin lainnya. Ini yang harus ditangkap oleh pemerintah, agar jangan apa-apa pemerintah bicara tentang pendekatan pidana," katanya, sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari kanal Youtube Refly Harun pada Kamis, 14 Januari 2021.

Refly menyampaikan juga untuk tidak menggunakan pendekatan denda, karena yang diinginkan rakyat adalah mendapat perlindungan dari negara bukan ancaman.

"Karena itulah mudah-mudahan memang vaksin yang disuntikkan hari ini adalah vaksin yang benar-benar bisa mengatasi masalah Covid-19, dan tidak memunculkan efek samping yang luar biasa bagi penerimanya," ujarnya.

Baca Juga: Resep Cara Buat 'Nasi Mandi', Kuliner Lezat Khas Timur Tengah

Refly mengatakan untuk bersama-sama melihat hasil dari vaksinasi tahap awal tersebut, apakah memang mereka yang mendapat vaksin akan terkena efek samping atau tidak.

"Kalau tidak dan beritanya so far so good, saya kira banyak orang yang tidak berkeberatan untuk divaksin," kata Refly.***

Editor: Puji Fauziah


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x