Bantah Prediksi Sri Mulyani, Rizal Ramli: Mohon Maaf, Tahun Ini Krisis Indonesia Jauh Lebih Serius

- 15 Januari 2021, 17:28 WIB
Ekonom senior Rizal Ramli menyebut ekonomi Indonesia pada 2021 akan mengalami krisis yang lebih parah dibandingkan 2020.
Ekonom senior Rizal Ramli menyebut ekonomi Indonesia pada 2021 akan mengalami krisis yang lebih parah dibandingkan 2020. /Instagram.com/@rizalramli_official/

PR BEKASI - Ekonom Senior Rizal Ramli membantah pernyataan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani yang memprediksi pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan mencapai 4,5-5,5 persen.

Rizal Ramli justru menilai bahwa kondisi ekonomi di Indonesia pada 2021 akan mengalami krisis yang jauh lebih serius dibandingkan 2020.

"Kali ini, untuk tahun 2021 kami katakan mohon maaf, ekonomi Indonesia akan mengalami krisis yang jauh lebih serius dibandingkan dengan tahun lalu," kata Rizal Ramli, yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari tayangan kanal YouTube Bravos Radio Indonesia, Jumat, 15 Januari 2021.

Baca Juga: Ribka Tjiptaning Tolak Vaksinasi, Teddy Gusnaidi: Harus Diingatkan, Mungkin Dia Salah Baca Berita

Rizal Ramli bahkan menyebut bahwa apa yang disampaikan Sri Mulyani hanyalah angin surga semata.

"Memang pemerintah menjanjikan angin surga, 'oh gak, tahun 2021 akan balik lagi ke 5,5 persen', begini-begitu. Mohon maaf janji surga itu tidak ada basisnya," ujar Rizal Ramli.

Menurutnya, hal tersebut sangat mustahil, karena pertumbuhan ekonomi di Indonesia tanpa adanya pandemi Covid-19 saja hanya bisa mencapai 5,1 persen.

Baca Juga: Syekh Ali Jaber Sosok Ulama yang Setia, Meisya Siregar: Rela Gak Pakai HP Dua Tahun Demi Istrinya

"Wong sebelum Covid aja tumbuhnya cuma 5,1 persen. Ini kok Covid masih banyak bisa tumbuh 5,5 persen," ujar Rizal Ramli.

Selain karena pandemi Covid-19, Rizal Ramli menuturkan bahwa krisis ekonomi di Indonesia terjadi karena daya beli masyarakat yang sangat menurun.

"Daya beli rakyat biasa itu betul-betul hancur. Tapi yang paling penting adalah likuiditas yang ada di masyarakat disedot, karena pemerintah ngutang sudah terlalu banyak. Sehingga primary balance negatif selama enam tahun dan semakin besar," tutur Rizal Ramli.

Baca Juga: Soal Arie Kriting yang Nikahi Indah Permatasari, Hanung Bramantyo: Orang Tua Juga Bisa Durhaka Keles

"Artinya hanya untuk membayar bunga saja harus meminjam, makin lama makin berat itu. Nah karena dia harus meminjam, dia harus terbitkan SUN (Surat Utang Negara) terus, tambahan makin lama makin besar," sambungnya.

Hal itu lah yang menurut Rizal Ramli, membuat uang yang beredar di lembaga keuangan di masyarakat tersedot untuk membeli SUN, karena tingkat bunga SUN lebih tinggi dari deposito.

"Itulah yang menjelaskan kenapa pertumbuhan kredit bulan September, Oktober itu negatif. Belum pernah terjadi sejak tahun 98," kata Rizal Ramli.

Baca Juga: Minta Teddy Sabar Soal Warisan, Sule: Kalau Sekarang Kita Kasih, Kasihan Bintang Tak Bisa Menikmati

"Artinya boro-boro tambahin uang yang beredar dalam ekonomi, yang ada aja kesedot. Kok bisa mengharapkan ekonomi akan bangkit, daya beli akan bangkit. No way," ujar Rizal Ramli.

Sebelumnya, Sri Mulyani memprediksi bahwa pada 2021 pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan mulai tumbuh positif. Bahkan, hampir setiap bulannya pertumbuhan ekonomi  diperkirakan positif.

Sri Mulyani memprediksi, ekonomi Indonesia pada Maret-April 2021 diproyeksi berkisar 4,5-5,5 persen. Lalu, pada Mei-Juni 2021, ekonomi diprediksi bertahan di level 4,5-5,5 persen.

Baca Juga: Ribka Tjiptaning Tolak Vaksinasi Covid-19, dr. Tirta: Bikin Ruwet, Soal Vaksin Aja Dipolitisasi Gini

Sri Mulyani juga memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan mencapai 5 persen pada September-Oktober 2021, dan akan tetap bertahan sampai Desember 2021.***

Editor: Rika Fitrisa

Sumber: YouTube Bravos Radio Indonesia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x