Namun, Marzuki Alie tak pernah meresponsnya karena tak ingin timbul gesekan di internal partai.
"Sebetulnya saya gak mau terlalu responsif, saya sayang sama Demokrat ini. Saya masih anggota, saya gak pernah berhenti," kata Marzuki Ali.
Baca Juga: Bansos Penyandang Disabilitas Dikorupsi, Ketua HWDI: Tega Banget, Beras Berkutu dan Sarden Sudah Bau
Marzuki Alie pun mengungkapkan bahwa semua kritik yang dia sampaikan untuk Partai Demokrat terpaksa dia keluarkan, akibat marah dan sakit hati karena terlalu sering difitnah.
"Gak ada saya ngomong fitnah, ini partai saya kok, saya jaga, saya tutup selama ini. Tapi karena saya difitnah, marah, keluarlah aslinya," kata Marzuki Alie.
"Apa yang saya rasakan selama ini, yang selalu saya tahan-tahan terpaksa harus saya keluarkan. Kalau gak saya keluarkan, mereka ini sok paling berjasa, paling bersih, sudah lah saya tahu semua kelakuan di dalam itu," sambungnya.
Lebih lanjut, Marzuki Alie mengungkapkan bahwa Partai Demokrat sering memalak kadernya yang ingin mendapatkan kursi jabatan, baik jabatan di internal partai maupun jabatan sebagai kepala daerah.
"Berapa banyak orang-orang kita dipalakin, yang dipalakin orang-orang pendukung saya, mau jadi kepala daerah, dimintai. Jadi di situ saya prihatin, kader dapat kursi, satu kursi itu dihitung Rp500 juta, kasihan kan," kata Marzuki Alie.
Itulah beberapa kondisi internal partai yang membuat Marzuki Alie kecewa, marah, dan sakit hati.