“Sulit mencari padanannya. Seorang jenderal bintang 4, bekas Panglima TNI, menggalang kudeta terhadap mayor yang memilih jalan hidup jalur politik sebagai ladang pengabdian ibu pertiwi. Namun, justru Ketum Demokrat Mas Agus Yudhoyono tampil seperti “raksasa” berada di garis terdepan,” ungkapnya.
“Pak Moeldoko bersembunyi di balik bayangannya. Sementara Mas AgusYudhoyono tampil di atas mimbar,” ujarnya.
Menurutnya, Moeldoko kini sedang bersembunyi di balik bayangannya. Sementara AHY tampil di atas mimbar sekaligus memimpin langsung para kader Partai Demokrat yang mendukungnya di seluruh Indonesia.
Sekali lagi, tidak ditemukan referensinya di belahan bumi mana pun terhadap apa yang telah dilakukan Moeldoko.
Tidak hanya sedang memimpin barisan di depan, AHY juga turut mengatur strategi “perang” bukan semata-mata demi kepentingan menyelamatkan partainya melainkan dirinya juga ingin menyelamatkan demokrasi di Indonesia.
Oleh karena itu, AHY harus mengambil pilihan sebagai Kesatria di tengah polemik ini. Apalagi polemik ini tentu sudah diketahui oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dalam kisah pewayangan, Kesatria pasti akan selalu berhadapan dengan Durnoyang selalu bersembunyi.
Dikisahkan, Durno adalah karakter yang suka melakukan hasutan, adu domba, licik hingga fitnah keji. Bahkan terhadap keluarga sendiri. Inilah musuh terberat seorang Kesatria.
Namun, Syahrial mengungkapkan bahwa dirinya dan para pengurus Partai Demokrat versi AHY yang lain akan selalu setia mendampingi kemana pun AHY melangkah. *** (Dharma Anggara/Galamedia.Pikiran-Rakyat.com)