PR BEKASI - Wakil Katib Syuriyah PWNU DKI Jakarta, KH Muhammad Taufik Damas menceritakan bagaimana Islam di Indonesia pertama kali menerima Alquran yang benar-benar asli.
Ayat Alquran tersebut tanpa tanda dan syakal, yang menurut Taufik Damas, dikhawatirkan tidak akan mampu membacanya karena tidak ada titik-titik, syakal, maupun penjelasan tajwid.
Disampaikannya ketika Islam mulai berkembang dan banyak yang memeluknya, ada bentuk kekhawatiran tidak mampu membaca Alquran dengan benar sehingga mempengaruhi makna di dalamnya.
Karena itu, agar dapat dibaca dengan benar dan pengertiannya dipahami, para ulama melakukan ijtihad dengan menciptakan titik-titik, tanda baca (syakal atau harakat), ilmu nahwu, dan ilmu tajwid.
Baca Juga: Siap Maju sebagai Capres di Pilpres 2024, Giring Ganesha: Giring Presiden, Kuliah Gratis!
Baca Juga: Jalani Sidang Pembacaan Pledoi, Djoko Tjandra: Saya Telah Jadi Korban Miscarriage of Justice
"Adalah Abu Aswad Ad-Duali, yang menciptakan tanda baca (syakal/harakat), tanda baca yang diciptakan oleh Abu Aswad masih berupa titik-titik," katanya, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari akun Twitter @TaufikDamas pada Senin, 15 Maret 2021.
Titik-titik itu yang membedakan bacaan fathah, kasrah, atau dhommah.