Fase selanjutnya ada ulama Nasr ibn Ashim dan Yahya ibn Ya'mar, yang berijtihad menciptakan garis-garis pendek untuk membedakan ejaan huruf yang sama seperti ba, ta, tsa, ha, kha, dan lainnya.
Kemudian fungsi tanda baca tersebut dibalik oleh Khalil ibn Ahmad, yang tadinya tanda harakat diubah menjadi tanda pembeda ejaan antara huruf-huruf yang bentuknya sama.
Selanjutnya diciptakan tanda hamzah, yang sebelumnya ditulis dalam bentuk alif. Khalil ibn Ahmad berijtihad menciptakan tanda tanwin, tasydid, dan sukun.
Al-Quran
Saudara, jika dulu kita menerima Al-Quran yang benar-benar asli (tanpa tanda dan syakal), dijamin kita tidak akan mampu membacanya. Lihatlah gambar Al-Quran asli yang terlampir dalam twit ini: tidak ada titik-titik dan tidak ada syakal, apalagi penjelasan tajwid. pic.twitter.com/v3L90UGU7c— Taufik Damas (@TaufikDamas) March 13, 2021
Baca Juga: Cek Fakta: Hati-hati! Biaya Denda Tilang Elektronik Dikabarkan Sampai Rp5 Juta, Ini Faktanya
"Dia memang dikenal pakar fonologi (ilmu ashwath), morfologi, dan sintaksis bahasa Arab," cuit Taufik Damas.
Khalil ibn Ahmad kemudian mendidik seorang murid yang terkenal dalam bidang ilmu nahwu, Imam Sibawaih.
Selain fonologi, morfologi, dan sintaksis, Alquran juga mengandung ilmu tajwid yang dihimpun oleh para ulama.
Di antara mereka adalah Al-Adzhim Abu Ubaid Al-Qasim ibn Salam, Hafsh ibn Umar Ad-Duriy, dan lainnya.
Taufik Damas mengatakan dengan ilmu tajwid ini umat bisa mengerti panjang pendek dari Alquran, dan dapat membedakan suara huruf-huruf yang ada di dalamnya, terutama yang pelafalannya sama seperti ha, kha, dan ha'.
Baca Juga: Bakso Nur Fitri di Bogor Mendadak Banjir Pesanan, Viral di TikTok hingga Paras Mirip Uut Permatasari