Diam-diam Telah Ada di Indonesia Sejak November, Menkes Sebut Varian Baru Covid-19 N493K Cepat Hilang

- 19 Maret 2021, 19:38 WIB
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat memberikan pernyataan kepada wartawan dalam acara jumpa pers yang digelar Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) secara daring, Jumat 19 Maret 2021.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat memberikan pernyataan kepada wartawan dalam acara jumpa pers yang digelar Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) secara daring, Jumat 19 Maret 2021. /ANTARA/Andi Firdaus/ANTARA

PR BEKASI – Salah satu varian baru Covid-19 yang berada di Indonesia adalah Covid-19 jenis N439K. 

Menurut Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengatakan mutasi virus corona N439K telah ada di Indonesia sejak November 2020.

Nadia menuturkan bahwa mutasi pada N439K hanya memiliki satu mutasi pada varian tersebut.

Selain itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan salah satu karakteristik yang dimiliki oleh N439K adalah lebih cepat menghilang.

Baca Juga: Ingin Tetap Gelar Formula E di Jakarta, Anies Baswedan Keluarkan Hampir Rp1 Triliun Selama 2 Tahun

Baca Juga: Dicap Aib Negara Usai Ganti Cangkir dengan Botol Bayi, Kafe yang Sedang Populer Resmi Ditutup Pemerintah

Baca Juga: MUI: Vaksin AstraZeneca Mengandung Babi dan Haram, Tapi Boleh Dipakai Saat Kondisi Darurat 

Hal itu dia ungkap saat jumpa pers yang digelar Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) secara daring diikuti di Jakarta pada Jumat, 19 Maret 2021.

"Banyak varian baru yang hilangnya cepat. Setahu saya ini (N439K) juga salah satu varian yang hilangnya cepat," kata Menkes seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara pada Jumat, 19 Maret 2021.

Pernyataan tersebut dikemukakan Budi Gunadi Sadikin menjawab laporan Satgas Ikatan Dokter Indonesia (Satgas IDI) yang menyebutkan kemunculan 48 kasus N439K telah terjadi di Indonesia.

Budi Gunadi Sadikin mengatakan virus yang kali pertama dilaporkan terjadi di Skotlandia pada Maret 2020 itu sebenarnya sudah cukup lama masuk ke Indonesia.

Varian ini sebenarnya juga sudah ada di beberapa negara di Eropa dan telah terdeteksi oleh Lembaga Kesehatan Dunia (WHO).

Baca Juga: Ungkap Alasan Belum Menikah Meski Usia Hampir 40 Tahun, Indra Bruggman: Saya Itu Tipikal Orang yang Pemilih 

"Perlu diketahui bersama, N439K ini tidak termasuk bagian dari Variant of Interest (VOI) dan Variant of Concern (VOC) WHO," katanya.

VOI merupakan salah satu instrumen WHO dalam mengklasifikasikan mutasi virus yang terbukti menyebabkan penularan.

Mutasi virus bisa naik statusnya menjadi VOC jika terbukti memiliki tingkat penularan dan keparahan lebih tinggi serta menjadi ancaman pada mekanisme penanganan kesehatan.

"Mutasi itu sudah ada ratusan bahkan mungkin ribuan jumlahnya. WHO ada protokol standar, ada yang masuk VOI karena mereka ada potensi penularan dan tingkat fatalitasnya tapi masih dugaan. WHO akan meteliti lebih dalam untuk strain baru yang masuk (klasifikasi) VOI," katanya.

Jika nanti terbukti bisa meningkatkan laju penularan atau fatalitas, varian tersebut akan masuk dalam klasifikasi VOC.

Baca Juga: Anggota KLB Sibolangit Blak-blakan Lagi, Ungkap Partai Demokrat Hampir Tak Lulus Verifikasi KPU 2012 

"Ini yang diberitahukan kepada dunia agar diwaspadai," katanya.

Budi Gunadi Sadikin menambahkan untuk varian N439K hingga saat ini tidak masuk dalam klasifikasi VOI maupun VOC di WHO.

Senada dengan hal tersebut, Nadia mengatakan bahwa mutasi N439K lebih dahulu ditemukan dibandingkan varian B117.

Namun yang mendapat perhatian khusus berdasarkan rekomendasi WHO adalah mutasi virus B117 dari Inggris, B1351 dari Afrika Selatan, dan P1 dari Brasil.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah