Menurutnya, ini adalah salah satu senjata Jokowi selama memimpin Indonesia untuk meningkatkan kredibilitasnya.
"Jadi selalu kita melihat ada semacam panitia pencitraan yang mengatur skenario opini publik ini, orang gak anggap bahwa presiden serius juga kok mengucapkan itu," tuturnya.
"Orang anggap, ok kita sudah tahu nanti belakangan dia akan ngomong," sambungnya.
Baca Juga: Beri Usulan Soal Sidang HRS, Teddy Gusnaidi: Tak Perlu Turunkan Banyak Aparat, Mubazir Uang Negara
Rocky Gerung yakin akan ada konsekuensi di balik pencitraan Jokowi tersebut, salah satunya berkaitan dengan nasib Menteri Perdagangan (Mendag), Muhammad Lutfi.
"Mendag berarti tidak bisa membaca pikiran presiden, kan itu soalnya kan, jadi ini mempermalukan menteri juga, kan menteri berpikir bahwa presiden pasti tahu problem-nya tuh," ucapnya.
"Jadi kalau kita amati bahasa tubuh, itu ada semacam kegembiraan, nah gw (Jokowi) bisa muncul lagi itu, kira-kira begitu, orang macam-macam akhirnya gw datang gw tenangin itu," sambungnya.
Dirinya menyampaikan bahwa pola yang sering dipertontonkan Jokowi ini membuat masyarakat sudah tidak heran lagi jika Jokowi akan muncul setelah suatu isu menjadi konflik.
Padahal menurut Rocky Gerung, Jokowi bisa saja buka suara sesaat setelah isu tersebut muncul sebelum terjadi konflik.