Reuters menyebut wilayah tersebut sebagai bagian termiskin dan terbelakang di Indonesia.
Dalam siarannya, Reuters menyebut bahwa pihak berwenang perlu belajar cepat dari bencana tersebut.
“Seharusnya kita evakuasi lebih cepat, seperti memprediksi kapan akan terjadi, siapa yang mengungsi,” kata Dominikus Karangora dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), sebuah kelompok non-pemerintah, di Nusa Tenggara Timur.
Baca Juga: Lafal Bacaan Niat Puasa Ramadhan Beserta Latin dan Terjemahnya
Beberapa penduduk menggunakan cara tradisional untuk memperingatkan orang-orang, dengan pemberitaan masjid menggunakan pengeras suara dan lonceng gereja untuk memperingatkan bahaya yang akan terjadi.
BMKG memberikan peringatan kepada badan mitigasi bencana lokal dan juga memberikan peringatan di situs webnya.
Kepada Reuters, Ketua BNPB di NTT, Isyak Nuka, mengatakan tindakan seperti itu biasanya efektif, tetapi skala banjir bandang dan tanah longsor "belum pernah terjadi sebelumnya".
Baca Juga: Mengaku Takut Saat Dapat Ancaman, Najwa Shihab: Takut Tau, Pencitraan Aja Kalau Enggak Takut
Isyak berjanji untuk menggunakan bencana ini sebagai pelajaran untuk memperkuat sistem.
Erma Yulihastin, a climatologist at the Indonesian National Institute of Aeronautics and Space, menyebut Siklon Tropis Seroja merupakan anomali dalam kekuatan destruktifnya mengingat siklon semacam itu biasanya tidak tercipta di negara yang berada di garis khatulistiwa.