Media Asing Soroti Bencana di NTT, Sebut Indonesia Kurang dalam Kesiapsiagaan Hadapi Siklon Tropis 

- 10 April 2021, 10:44 WIB
Media Asing, Reuter menyoroti bencana alam Siklon Tropis Seroja yang menerjang NTT. Menurutnya Indonesia masih kurang sigap hadapi bencana.
Media Asing, Reuter menyoroti bencana alam Siklon Tropis Seroja yang menerjang NTT. Menurutnya Indonesia masih kurang sigap hadapi bencana. /Reuters

PR BEKASI – Bencana alam yang menimpa Nusa Tenggara Timur (NTT) Indonesia beberapa belakangan ini tak hanya menyita perhatian dalam negeri tetapi juga menyita perhatian luar negeri.

Terpantau beberapa situs media Asing dan Internasional, seperti Asiaone dan juga Reuters, ikut memberitakan bencana alam yang terjadi di Provinsi NTT.

Reuters dalam salah laporanya berjudul “ 'No warnings': Powerful cyclone exposes Indonesia's lack of preparedness” menyebut Indonesia kurang dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana Siklon Tropis.

Baca Juga: Selain Merusak dan Menembak, KKB Juga Bakar Sekolah dan dan Hilangkan Nyawa Seorang Guru

Gregorius Hide, seorang petani berusia 70 tahun di NTT mengatakan satu-satunya peringatan yang dia miliki tentang badai yang mendekat ke wilayahnya minggu ini hanya bau tanah basah sesaat sebelum badai dan banjir menerjang.

"Tidak ada peringatan dari pemerintah di desa itu," kata Gregorius seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Sabtu, 10 April 2021.

Kepada Reuters, Hide, menuturkan bagaimana dia berhasil melarikan diri bersama keluarganya sebelum akhirnya kembali untuk membantu merawat tetangga yang terluka dan membantu mereka yang kehilangan segalanya.

Baca Juga: Niat Berbuka Puasa Ramadhan Sesuai Sunah Nabi, Berikut Bacaan Latin Beserta Terjemahnya

Perlu diketahui bahwa Siklon tropis Seroja adalah salah satu topan terkuat yang pernah melanda Indonesia yang melanda pada Minggu, 4 April 2021, menewaskan 163 orang, sebagian besar di pulau Lembata, Alor dan Adonara.

Reuters menyebut wilayah tersebut sebagai bagian termiskin dan terbelakang di Indonesia.

Dalam siarannya, Reuters menyebut bahwa pihak berwenang perlu belajar cepat dari bencana tersebut.

“Seharusnya kita evakuasi lebih cepat, seperti memprediksi kapan akan terjadi, siapa yang mengungsi,” kata Dominikus Karangora dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), sebuah kelompok non-pemerintah, di Nusa Tenggara Timur.

Baca Juga: Lafal Bacaan Niat Puasa Ramadhan Beserta Latin dan Terjemahnya

Beberapa penduduk menggunakan cara tradisional untuk memperingatkan orang-orang, dengan pemberitaan masjid menggunakan pengeras suara dan lonceng gereja untuk memperingatkan bahaya yang akan terjadi.

BMKG memberikan peringatan kepada badan mitigasi bencana lokal dan juga memberikan peringatan di situs webnya.

Kepada Reuters, Ketua BNPB di NTT, Isyak Nuka, mengatakan tindakan seperti itu biasanya efektif, tetapi skala banjir bandang dan tanah longsor "belum pernah terjadi sebelumnya".

Baca Juga: Mengaku Takut Saat Dapat Ancaman, Najwa Shihab: Takut Tau, Pencitraan Aja Kalau Enggak Takut

Isyak berjanji untuk menggunakan bencana ini sebagai pelajaran untuk memperkuat sistem.

Erma Yulihastin, a climatologist at the Indonesian National Institute of Aeronautics and Space, menyebut Siklon Tropis Seroja merupakan anomali dalam kekuatan destruktifnya mengingat siklon semacam itu biasanya tidak tercipta di negara yang berada di garis khatulistiwa.

"Badai tropis tidak banyak terjadi, tapi bila terjadi kerusakannya luar biasa," katanya.

Baca Juga: Turun Langsung Bagikan Bantuan ke Pengungsi Bencana, Aksi Xanana Gusmao Dibanjiri Pujian Warganet

Peneliti BMKG, Agie Wandala Putra, mengatakan kesiapsiagaan Indonesia saat ini condong ke arah pencegahan bencana seperti gempa bumi dan tsunami dan perlu lebih memperhatikan peristiwa seperti banjir, angin topan dan kekeringan.

“Yang perlu ditekankan bukan sekedar peringatan dini, tapi juga kemampuan merespon kita,” katanya.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x