Pada suatu lokasi di permukaan bumi akan diobservasi 2-4 kali per hari. Pada wilayah yang tertutup awan, maka titik panas tidak dapat terdeteksi.
Kekeringan dan hembusan angin yang kencang juga menjadi penyebab tidak langsung dalam sebaran suatu titik panas tersebut.
Baca Juga: Gempa Guncang Pangandaran, BMKG: Akibat Gerakan Lempeng Eurasia dan di Kedalaman 10 Km
"Citra satelit tersebut hanya menilai anomali reflekstifitas dan suhu sekitar yang diinterpretasikan sebagai titik panas. Penyebab adanya anomali tersebut tidak dapat kami pastikan," katanya.
Lebih lanjut, kata dia, titik panas tersebut bukan berarti jumlah sebenarnya titik api atau kebakaran dan bukan merupakan titik api pada suatu wilayah.
Informasi sebaran titik panas merupakan indikator awal kebakaran lahan serta dapat dimanfaatkan dalam deteksi area terbakar.***