Bukan 12, Oknum Guru Bejat di Bandung Ternyata Cabuli 21 Santriwati

- 10 Desember 2021, 20:41 WIB
Jumlah santriwati yang menjadi korban pemerkosaan oknum guru bernama Herry Wirawan bertambah, dari 12 menjadi 21 orang.
Jumlah santriwati yang menjadi korban pemerkosaan oknum guru bernama Herry Wirawan bertambah, dari 12 menjadi 21 orang. /Instagram

PR BEKASI - Jumlah santriwati yang menjadi korban pemerkosaan oknum guru bejat bernama Herry Wirawan (36) bertambah.

Sebelumnya, oknum guru dari salah satu pondok pesantren di Kota Bandung ini disebut telah memperkosa 12 santriwati.

Kendati demikian, terkuak fakta bahwa jumlah korban yang dicabuli oknum guru itu ternyata mencapai 21 orang.

Baca Juga: Yana Mulyana Setujui Hukum Kebiri Oknum Guru Pemerkosaan Santriwati di Bandung: Kan Udah Ada Undang-Undang

Hal itu disampaikan Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Garut Diah Kurniasari kepada awak media pada Jumat, 10 Desember 2021.

Diah Kurniasari mengatakan, dari 21 korban, 11 di antaranya merupakan santriwati yang berasal dari dua kecamatan di Kabupaten Garut.

"Rata-rata dipergauli itu umur 13-an, ya mulai (mondok) rata-ratakan ada yang 2 atau 3 tahun itu. Nah itu bukan hanya orang Garut. Ada orang Cimahi, Bandung. Semuanya ada 21," kata Diah Kurniasari.

Baca Juga: Deddy Corbuzier Dukung Oknum Guru Pemerkosa Belasan Santriwati Dihukum Mati: Ini Kodok Kurap Bukan Manusia

Menurut Diah, seluruh korban yang hamil saat ini sudah melahirkan.

Dengan korban terakhir berusia 14 tahun sudah melahirkan pada November 2021,

"Dari 11 korban, 8 anak dilahirkan semua dari kita (Garut)," kata Diah.

Baca Juga: Kasus Predator Seks Santriwati di Bandung Terjadi Sejak 2016, Polisi Ungkap Alasan Baru Mencuat Sekarang Ini

"Jadi 8, ada satu orang korban sampai ada dua anak. Tapi dari semua sekarang selama 6 bulan semua sudah lahir," sambungnya sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari PMJ News pada Jumat, 10 Desember 2021.

Lebih lanjut, Diah memaparkan bahawa pihaknya sempat menawarkan bantuan dari P2TP2A Garut apabila korban tidak sanggup merawat bayi-bayi tersebut.

Bantuan tersebut, selain dilatarbelakangi dengan kondisi trauma, juga melihat kondisi ekonomi para korban.

Pasalnya, sebagian besar korban berasal dari keluarga yang bekerja sebagai buruh harian lepas, pembuat jok, penjual kitab, hingga petani.***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: PMJ News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah