Kisah Penjahit Difabel Kebanjiran Pesanan Masker di Tengah Pandemi Virus Corona

- 26 April 2020, 19:19 WIB
NORFARRAH Syahirah Shaari, seorang penjahit berkebutuhan khusus yang tidak memiliki tangan menjadi relawan yang ikut menjahit APD untuk para tenaga medis yang bekerja di rumah sakit.*
NORFARRAH Syahirah Shaari, seorang penjahit berkebutuhan khusus yang tidak memiliki tangan menjadi relawan yang ikut menjahit APD untuk para tenaga medis yang bekerja di rumah sakit.* /Facebook Norfarrah/

PIKIRAN RAKYAT - Seorang penjahit warga penyandang disabilitas yang tergabung Komunitas Difabel Ampel (KDA) di Boyolali, Jawa Tengah, di tengah pandemi virus corona atau Covid-19 kebanjiran pesanan Alat Pelindung Diri (APD) masker.

Menurut Sardi (47), pandemi virus corona atau Covid-19 di Indonesia sangat berdampak terhadap sepinya pelanggan yang ingin dijahitkan pakaian.

“Apalagi orang hajatan juga ditunda semua," katanya yang merupakan penjahit difabel di Dukuh Banjarrejo, Desa Candi, Kecamatan Ampel Boyolali sebagaimana dikutip dari Antara oleh Pikiranrakyat-bekasi,com Minggu, 26 April 2020.

Baca Juga: Mengenal Cabin Fever Penyebab Sedih Saat PSBB, Berikut Ini Cara Mengatasinya

Menurut Sardi, orang yang terdampak pandemi virus corona bukan hanya dia, tetapi juga teman-teman penjahit difabel lainnya.

Dia mengatakan, saat virus corona masuk ke Indoensia, awalnya dia membuat model masker dengan kain perca untuk dibagikan kepada teman-teman difabel dan masyarakat lain sekitar secra gratis.

Ternyata, seiring berjalannya waktu APD masker itu banyak dibutuhkan.

Baca Juga: Kajian Ramadhan: Kisah Shalih al-Mursi Mimpi Bertemu Ahli Kubur Lusuh yang Tak Didoakan

"Kami bersama penjahit difabel lainnya kemudian mendapatkan pesanan dari berbagai elemen masyarakat. Bahkan, sejumlah instansi, Pemdes, dan lainnya banyak yang memesan hasil karyanya," ujar Sardi.

Oleh karena itu, Sardi langsung memproduksi masker dengan bahan kain perca sebanyak-banyaknya. Kapasitas produksi setiap penjahit rata-rata bisa 200 hingga 300 per hari.

Akan tetapi, kata Sardi, dia tidak mampu melayani pesanan hingga ribuan masker sendiri. Sehingga, dia meminta bantuan teman-teman difabel lain untuk menjahit di rumahnya masing-masing.

Baca Juga: Meme Dancing Coffin Pallbearer Kini Dibuat Versi Miniaturnya Oleh Perusahaan Hong Kong

"Saya yang mengantarkan bahan kainnya ke rumah masing-masing. Jika masker sudah jadi, saya ambil ke rumah mereka. Kami pekan lalu mendapat pesanan 3.500 masker dan pekan ini meningkat hingga 5.000," tutur Sardi.

Dia merasa senang bisa membantu sesama untuk berkarier. Dia juga membuka pelatihan kerajinan bagi warga difabel di rumahnya secara gratis.

"Kami membuat masker itu hanya dijual Rp 2.000 hingga Rp 3.000 per buah. Saya berharap wabah Covid-19 ini segera berakhir sehingga aktivitas masyarakat kembali bergairah," katanya.

Baca Juga: Saham BUMN Dinilai Lebih Sulit Pulih dari Dampak Pandemi Virus Corona

Menurut Sumarno Punto (64) penjahit lainnya juga merasa senang ketika ikut menjahit masker di tengah pandemi virus corona dan hasilnya bisa untuk kebutuhan sehari-hari. Karena, tidak ada pelangganya yang menjahitkan pakaian.

"Saya senang bisa membantu membuat masker untuk masyarakat. Saya bisa menjahit masker rata-rata 100 buah per hari," jelasnya.

Menurut dia, masker pesanan tersebut oleh pemesan juga akan dibagikan ke masyarakat secara gratis. Pesanan tidak hanya berasal dari Boyolali, tetapi juga dari Salatiga.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah