"Artinya, masih tersisa waktu sekitar 15-17 menit sebelum perkiraan datangnya gelombang tsunami untuk evakuasi," ucapnya.
Meskipun telah memiliki Sistem Monitoring dan Peringatan Dini Tsunami, dia mengatakan adanya riset dan sistem belum cukup untuk benar-benar menjamin keselamatan masyarakat dari bencana tsunami.
Baca Juga: Paksa Anak di Bawah Umur Lakukan Adegan Vulgar, Pria Ini Dijatuhi Hukuman 600 Tahun Penjara
Harus ada kesiapan dari berbagai pihak, termasuk masyarakat dan pemerintah daerah harus sigap dalam merespon Peringatan Dini tersebut. Hingga menyiapkan strategi dan sarana guna evakuasi.
"Selain itu, masyarakat harus terus diedukasi supaya semakin aware terhadap bahaya gempa dan tsunami yang ada di wilayahnya," katanya.
Kepala BMKG tersebut juga menjelaskan bahwa riset yang dilakukan BMKG merupakan multidisiplin data, ilmu dan lintas instansi, guna mengkaji potensi gempa bumi terjadi di zona seismic gap pada sumber gempa Megathrust Selatan Jawa.
Baca Juga: Hati-hati, Ini Tiga Dampak Buruk dari Kurang Tidur Bagi Kesehatan Pria
Di samping itu juga menganalisis dampak gempa bumi Megathrust tersebut berupa ketinggian gelombang tsunami di pantai selatan Jawa.
"Jadi pada area seismic gap di zona sumber gempa Megathrust ini dijadikan sebagai input dalam pemodelan tsunami dengan menggunakan beberapa skenario; skenario 1 jika hanya segmen Megathrust selatan Jawa Barat saja yang pecah," katanya.
Skenario 2 jika hanya segmen Megatrust selatan Jawa Timur saja yang pecah, kemudian kemungkinan terburuknya adalah kedua segmen ini pecah bersamaan bisa menghasilkan magnitudo Mw 9.1.