Rocky Gerung Akhirnya 'Puji' Jokowi, Politikus Nasdem: Sudah Saya Tangkap Anda Kalau Jadi Presiden

- 22 Oktober 2020, 09:25 WIB
Rocky Gerung (kiri) dan politikus Nasdem Irma Suryani (kanan) dalam acara Mata Najwa.
Rocky Gerung (kiri) dan politikus Nasdem Irma Suryani (kanan) dalam acara Mata Najwa. /YouTube/ Najwa Shihab

PR BEKASI - Periode kedua pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) telah setahun berjalan, dalam setahun ini pasti ada kinerja yang naik dan juga turun.

12 bulan bukanlah waktu yang panjang namun masalah belum benar-benar hilang, mulai dari pandemi yang mematikan hingga demonstrasi yang bertubi-tubi membuat setahun terasa berkepanjangan.

Melalui acara Mata Najwa yang diunggah di kanal YouTube Najwa Shihab, berbagai narasumber dihadirkan untuk membahas setahun pemerintahan Jokowi-Ma'ruf.

Baca Juga: Rayakan Ulang Tahun Pernikahan ke-7 dengan Sarwendah, Ruben Onsu: Tolong Jangan Pisahkan Kami

Dalam satu kesempatan, Rocky Gerung memberikan penilaiannya terhadap kinerja setahun Jokowi-Ma'ruf.

"Skor untuk setahun Jokowi-Ma'ruf adalah A minus, A buat kebohongan, minus untuk kejujuran," tutur Rocky Gerung.

Menurutnya penilaiannya tersebut berlandaskan dari SMRC Polling yang dimuat Kompas waktu lalu.

Baca Juga: Nilai Satu Tahun Kepemimpinan Jokowi, Rocky Gerung: Skor A Buat Kebohongan, Minus untuk Kejujuran

"Kan sebelumnya 60 persen kepuasan rakyat terhadap pemerintahan Jokowi, sekarang sudah di bawah 50 persen, ini tahun pertama loh, udah hilang itu kepercayaannya," ucapnya.

Menurutnya, jika kepuasan sudah di bawah 50 persen, jika hal tersebut terjadi di Eropa, "Perdana Menterinya sudah pasti diturunkan," ucapnya menambahkan,

Rocky Gerung juga yakin, jika ada survei lain yang mengatakan kepuasaan masyarakat setahun Jokowi-Ma'ruf lebih dari Kompas itu artinya bohong.

Baca Juga: Layanan Samsat dan SIM Keliling Hari Ini di Jabodetabek dan Jawa Barat, Simak Lokasinya

Anggota DPR Fraksi PKS Mardani Ali Sera juga merasa bahwa ada perubahan terhadap pak Jokowi dalam periode kedua ini.

"Dulu waktu di Solo ketika beliau ingin mereformasi kualitas pasar dialognya bagus sekali sehingga akhirnya masyarakat bisa menerima, sekarang ini saya sedih ketika pak Jokowi bilang, kalo sampean gak setuju, ya sampean ke MK, belum lagi tanggal 8 demo gak ditemui,ini demo lo," ucap Mardani.

"Sebelumnya di solo pak Jokowi gak perlu demo tapi mendatangi rakyatnya, jadi memang ada perubahan di sosok pak Jokowinya, tidak ingin kebisingan ingin efisiensi dan 'UU Omnibus Law' adalah buktinya," tutur Mardani menambahkan.

Baca Juga: Jenderal Bintang Satu yang Diduga Terlibat dalam Kelompok LGBT Sudah Diberikan Sanksi

Menurut Mardani, seharusnya ketika menghadapi demokrasi seperti ini, Jokowi seharusnya hadir menjadi penyeimbang untuk menyehatkan demokrasi.

Tak hanya sampai di situ, Direktur Pusako Universitas Andalas, Feri Amsari juga mendukung pernyataan tersebut. Menurutnya, Feri melihat bahwa wajah Jokowi yang sesungguhnya itu adalah yang saat ini, yang lain itu yang direkayasa oleh tim mulai dari Solo hingga menjadi Presiden.

"Di dalam berbagai literasi soal hukum tata negara dan politik ada yang namanya kutukan periode kedua, di periode kedua itu tidak hanya muncul berbagai skandal, tapi watak asli seorang presiden, dan watak aslinya yaitu represif," ucap Feri.

Baca Juga: Update Harga Emas Kamis 22 Oktober 2020, Naik Rp2.000 dari Hari Sebelumnya

"Sampai saat ini orang telah berkumpul ramai-ramai membahas UU yang tidak melibatkan publik sama sekali, Jokowi sadar dan tau betul banyak bolong dan salahnya pembuatan UU ini, Jokowi tidak peduli," tutur Feri menambahkan.

Menurutnya, jika memang Jokowi menggunakan gaya Solonya, dia tentu akan ajak semua orang berbicara dengan cara-cara elegan dan demokrasi.

"Orang yang menangkap lawan politiknya sudah pasti represif, UU yang tidak melibatkan publik pasti UU represif," katanya.

Baca Juga: Hasil Liga Champions Grup D: Berkat Blunder Bek Ajax Amsterdam, Liverpool Bawa Pulang Poin

Politikus Nasdem Irma Suryani pada kesempatan berikutnya menolak keras ucapan represif terhadap Jokowi sekaligus meledek Rocky Gerung.

Dirinya mengungkapkan bahwa demokrasi yang saat ini terjadi di Indonesia sudah kebablasan.

"Rocky ini kan selalu berpersepsi seolah-olah dia paling pintar, paling benar dan paling bersih. Kalo di zaman Soeharto orang seperti Rocky ini sudah hilang, tapi di era Jokowi Rocky ini mencaci Jokowi, Jokowi tenang-tenang aja, itu kenapa? karena memang demokrasi kita ini sudah kebablasan," ucap Irma.

Baca Juga: Jadwal Pemadaman Listrik di Bekasi, Kamis 22 Oktober 2020, Anda di Wilayah Ini Akan Terdampak

Irma juga menyarankan agar introspeksi diri terlebih dahulu sebelum mengomentari Jokowi represif.

"Cobalah berkaca pada diri sendiri dulu, jangan pernah mengatakan bahwa Jokowi represif, demo berjilid-jilid sampai saat ini tetap difasilitasi tidak dilarang, tapi kalo orang yang melakukan ujaran kebencian dan provokasi seperti Rocky ini, sudah saya tangkap ini kalau jadi presiden," ucap Irma.

Rocky Gerung pun menyangkal pernyataan Irma tentang demokrasi yang sudah kebablasan, menurutnya penangkapan bukanlah ciri dari demokrasi.

Baca Juga: Jadwal dan Lokasi SIM Keliling Bekasi, Kamis 22 Oktober 2020, Catat Syaratnya

"Saya kasih pujian kepada pak Jokowi sekarang, pak Jokowi itu berhasil memborgol teroris yang namanya Syahganda Nainggolan, pak Jokowi berhasil memborgol koruptor yang namanya Jumhur hidayat, pak Jokowi berhasil memborgol penggelap pajak yang namanya Anton Permana, tapi boong," ucapnya sambil meledek Irma.

Menurutnya, ketiga orang yang ditangkap itu adalah pekerja demokrasi, "Jadi bagaimana mungkin borgol itu menjadi tanda dari demokrasi itu," ucapnya menambahkan.

Di penghujung acara Irma pun dengan kesal menimpa argumen Rocky dan mengatakan, "Karena mulutnya (Rocky) kotor dan bau."***

Editor: Puji Fauziah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x