"Makanya saya pernah mengatakan, bukannya tidak mungkin Prabowo bisa kuat maju di medan pertempuran. Dengan syarat, elektabilitas Prabowo tetap nomor satu. Tapi jika elektabilitas Prabowo nomor buncit, tidak akan maju lagi," ujar Refly Harun.
Kendati demikian, Refly Harun menilai, sejak bergabung ke dalam pemerintahan Jokowi, ada ceruk kosong yang ditinggalkan oleh Prabowo Subianto.
"Di sisi lain, ada ceruk kosong yang ditinggalkan Prabowo Subianto, dan sejauh ini Anies Baswedan yang mengisi. Banyak sekali pendukung Prabowo yang kecewa dan kemudian menjagokan Anies Baswedan yang dianggap sekarang sebagai simbol perlawanan terhadap rezim Jokowi,” ujar Refly Harun.
Baca Juga: Saingi Latte di Vietnam, Honda Keluarkan Skuter Matik Honda Genio dengan Tampil Lebih Stylish
Sedangkan sosok Ridwan Kamil, menurut Refly Harun, saat ini posisinya tidak jelas. Lalu Ganjar Pranowo dianggap sebagai tokoh dari arus yang saat ini berkuasa. Jadi bisa dibilang, tokoh populer saat ini adalah Anies Baswedan.
Selain itu, sejak KAMI melakukan deklarasi pada 18 Agustus 2020 lalu, nama Gatot Nurmantyo semakin dikenal luas oleh masyarakat, dan cukup diperhitungkan juga untuk ikut dalam Pilpres 2024.
Apalagi menurut Refly Harun, Gatot Nurmantyo merupakan Jenderal Purnawirawan TNI yang dapat memberikan keuntungan tersendiri.
"Ya tentu akan dahsyat kalau duet Gatot dan Anies dipersatukan, misalnya sebagai simbol perlawanan dari rezim," ujar Refly Harun.
Baca Juga: Baru Seminggu Menikah, Pengantin Baru di Tangerang Nekat Gantung Diri
Akan tetapi, Refly Harun menilai akan ada persoalan lain yang timbul dari duet dahsyat tersebut.