PR BEKASI - Kepulangan Pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab ke Indonesia diwarnai dengan banyaknya massa yang menjemput dan menyambut kepulangannya di Bandara Soekarno-Hatta pada Selasa, 10 November 2020.
Karena banyaknya massa yang menjemput sekaligus menyambut kedatangannya, jalanan di sekitar Bandara pun macet hingga melumpuhkan aktivitas.
Bahkan sejumlah calon penumpang yang hendak menaiki pesawat di Bandara Soekarno-Hatta terpaksa mengejar pesawat dengan berjalan kaki.
Baca Juga: Yuk Nikmati Tiga Rute Baru TransJakarta Ini, Gratis Selama Dua Pekan
Tak hanya itu, sejumlah jadwal penerbangan pun terpaksa ditunda karena banyaknya penumpang yang terjebak macet di jalan.
Melihat kejadian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa massa pendukung Habib Rizieq sangat banyak dan militan.
Menurut Direktur Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul, kekuatan Habib Rizieq itu tidak boleh dipandang sebelah mata, apalagi dengan banyaknya pendukung yang menjadi modal kekuatan politik untuk tahun 2024.
"Melihat animo pendukung yang menjemput di Bandara begitu banyak, saya pikir ini adalah satu kekuatan politik," kata Adib Miftahul, Selasa 10 November 2020, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari RRI.
Baca Juga: Imbas Membludaknya Simpatisan Habib Rizieq, Bandara Soetta dan Maskapai Rugi Puluhan Miliar Rupiah
Adib mengatakan, dengan melihat realitas tersebut, maka negara harus hadir dalam artian mengakomodir kepentingan-kepentingan Habib Rizieq yang selaras dengan pemerintah.
Hal tersebut juga bisa menjadikan Habib Rizieq sebagai mitra, bukan sebaliknya yang terkesan memukul melalui narasi-narasi yang bertentangan.
"Bukan hanya lip service (basa basi), cuma sekadar mengungkapkan di media massa, melainkan ada benar-benar dirangkul untuk kepentingan bangsa dan negara, jangan seolah negara memukul," kata Adib.
Adib menjelaskan, dengan pemerintah merangkul Habib Rizieq, maka kegaduhan akibat dari perbedaan pendapat yang saat ini kerap muncul bisa tereliminasi.
Baca Juga: Dituduh Dalang Penghapusan 'Red Notice' Djoko Tjandra, Napoleon Bonaparte: Saya Merasa Dizalimi
Adib juga menyebut, bila kekuatan politik 212 dan sejenisnya hingga saat ini masih terpelihara dengan baik, dan pemerintah bisa menyamakan persepsi, hal itu justru akan menguntungkan rezim Jokowi.
Selain itu, dengan banyaknya massa yang menjemput Habib Rizieq tersebut, maka hal itu tidak bisa dipandang sebelah mata, dan akan mempengaruhi proses politik di tahun 2024.
"Dengan merangkul Habib Rizieq Shihab dan pendukungnya, saya kira akan membuat teduh proses politik di tahun 2024 yang akan datang karena bagaimana pun ini tidak bisa dipandang sebelah mata," kata Adib.***