Sebut DKI Jakarta Amburadul di Era Anies Baswedan, Megawati Justru Banggakan Solo dan Surabaya

- 11 November 2020, 08:07 WIB
Megawati Soekarnoputri.
Megawati Soekarnoputri. /Pikiran Rakyat/

PR BEKASI - Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan melayangkan kritik pedas terhadap Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

Menurutnya, sejak DKI Jakarta berada di bawah kepemimpinan Anies Baswedan semakin amburadul.

Kritik pedas tersebut disampaikan Megawati saat mengisi acara "Dialog Kebangsaan Pembudayaan Pancasila dan Peneguhan Kebangsaan Indonesia di Era Milenial" di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) pada Selasa, 10 November 2020 kemarin, secara online.

Baca Juga: Antusias Sebut Nama Habib Rizieq Saat Akan Bertugas, Seorang TNI Diberi Sanksi Pelanggaran Disiplin

"Persoalannya, sekarang saya bilang Jakarta ini menjadi amburadul, karena seharusnya 'City of Intellect' ini dapat dilakukan tata kotanya, masterplan-nya, dan lain sebagainya. Siapakah yang buat hal ini, tentunya para akademisi, insinyur, dan lain sebagainya," ucap Megawati Soekarnoputri.

Di samping kritik pedas tersebut, Megawati
membanggakan Semarang, Solo, dan Surabaya.

Ketiga daerah yang dibanggakan tersebut dipimpin oleh kader partainya yang mendapatkan penghargaan sebagai "Kota Mahasiswa" atau "City of Intellectual" tepat pada peringatan Hari Pahlawan.

Baca Juga: Konsumsi 4 Sayuran ini untuk Bantu Turunkan Tekanan Darah dan Hilangkan Darah Tinggi secara Alami

Kora Semarang dipimpin Walikota Hendrar Prihadi, Kota Solo dipimpin FX Hadi Rudyatmo, dan Kota Surabaya dipimpin Tri Rismaharani.

Hal itu berdasarkan riset yang dilaksanakan oleh tim yang dipimpin Ketua Senat dan Guru Besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Hafid Abbas dan diumumkan secara daring, di Jakarta.

"Terima kasih yang jadi peringkat kesatu, kedua, dan ketiga. Semarang, Solo Surabaya, itu adalah anak-anak dari partai saya," kata Megawati sambil tersenyum, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara pada Rabu, 11 November 2020.

Baca Juga: Hipmi Optimistis Ekonomi Nasional Tumbuh Positif 3 hingga 4 Persen di Tahun Depan

Menurut Megawati, para kepala daerah itu bisa membangung kotanya menjadi "City of Intelectual" karena mereka selalu diajarkan di partai, bagaimana harus menjadi pemimpin yang memperjuangkan rakyat.

"Saya bilang ke Hendi, ketika saya rekomendasi, tugasmu cuma satu, bikin Kota Semarang bagus seperti kriteria disampaikan Pak Hafid Abbas tadi," ujar Megawati.

"Sama juga sama Rudy di Solo. Saya tugas,
tolong bukun rakyat di Solo nyaman. Saya dengar Universitas di sana ini juga buka bagian boga. Bayangkan Kota Solo itu makanannya enak-enak. Saya pernah diajak kawan saya, mau salat subuh, kembali solat subuh lagi, untuk wisata kuliner. Rasanya enak dan murah meriah. Tapi intinya, kenapa Solo bisa demikian? Karena pemimpinnya mengerti dan mendalami kebutuhan rakyatnya," tuturnya.

Baca Juga: Komentari SE Menaker Tak Naikkan Upah Minimum di Tengah Pandemi, KSPI: Ini Keliru

Putri Bung Karno ini justru menyayangkan Kampus UNJ di Rawamangun, Jakarta belum masuk kategori "city of intellect". Padahal, prasasti yang pertama kali menyampaikan visi itu justru berada di sana.

"Sayang kan kalau Rawamangun belum berhasil jadi city of intellect. Jadi para akademisi, saya mohon sangat, secara akademis kita melihat kita ini tujuannya mau kemana," kata Megawati.

Presiden Kelima RI ini mengatakan, Jakarta seharusnya bisa menjadi "city of intellect", namun disayangkan Jakarta saat ini amburadul.

Baca Juga: Buka Peluang Rekonsiliasi dengan Pemerintah, Habib Rizieq Bocorkan Syaratnya

Untuk diketahui, Proklamator RI Bung Karno pertama kali menyebutkan "Kota Mahasiswa" saat menandatangani prasasti gedung UNJ tahun 1953.

Visi itu tak dipahami hingga pada 2010, masyarakat internasional mengenalnya setelah pertama kali Quacquarelli Symonds (QS) bersama Times Higher Education (THE) mempublikasikan hasil studi pemeringkatan kota-kota mahasiswa terbaik di dunia pada 2010.

QS menjelaskan bahwa satu kota patut disebut sebagai Kota Mahasiswa apabila di kota itu sudah terdapat minimal dua perguruan tinggi bereputasi yang melayani masyarakatnya yang berpenduduk lebih 250 ribu jiwa.

Baca Juga: Jangan Mau Bansos Anda Disalahgunakan! Laporkan Penyelewengan Lewat 'Jaga' KPK

Selain itu, kriteria lainnya adalah kehadiran  mahasiswa internasional dengan pertimbangan 

bahwa kota itu ramah terhadap perbedaan latar belakang budaya, gaya hidup yang toleran, dan inklusif.

Termasuk apakah kota itu aman, tidak ada
konflik, nyaman, dan terdapat banyak peluang kerja setelah tamat, dan seterusnya. Lalu aspek keterjangkauan terkait biaya kuliah dan biaya hidup, dan ketersediaan transportasi publik maupun kemudahan bepergian, serta keindahannya.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah