Premium Akan Dihilangkan di Jawa dan Bali Mulai Awal Tahun 2021, Pertamina Cari Cara

- 14 November 2020, 06:20 WIB
Pemerintah dikabarkan akan meniadakan Pertalite dan Premium mulai tahun 2021.
Pemerintah dikabarkan akan meniadakan Pertalite dan Premium mulai tahun 2021. /Pertamina MOR IV Jateng & DIY

PR BEKASI – Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi salah satu kebutuhan energi di tengah masyarakat saat ini.

Namun seiring kesadaran berbagai pihak terkait masalah lingkungan, dikabarkan Pemerintah akan menghentikan penjualan BBM jenis Premium di Jawa, Madura dan Bali (Jamali) pada 2021 nanti.

Kabar tersebut berdasarkan informasi yang disampaikan salah satu direktur operasi PT Pertamina (Persero) dalam sebuah pertemuan pada Senin malam, 9 November lalu 

Baca Juga: Rekonsiliasi Tidak Perlu Dilakukan, NasDem: Memang Salahnya Jokowi Apa ke Habib Rizieq?

Hal yang sama disampaikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) MR Karliansyah yang mengatakan bahwa kota-kota lain akan menyusul atas berhentinya penjualan premium.

"Beliau menyampaikan per 1 Januari 2021 premium di Jamali khususnya itu akan dihilangkan kemudian menyusul kota-kota lainnya di Indonesia," ujarnya dalam webinar yang digelar Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), pada Jumat, 13 November 2020, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari RRI.

Selain itu, Kementerian LHK pada tanggal 7 April 2017 telah menerbitkan Peraturan Menteri tentang Baku Mutu Emisi Gas Buangan Kendaraan Bermotor Baru untuk Kategori M, N, dan O.

Sayangnya, di tengah upaya itu, data penjualan bensin masih menunjukkan premium dan pertalite yang mempunyai Research Octane Number (RON) di bawah 91, masih banyak diminati masyarakat. 

Baca Juga: Buat Kerumunan Massa, Muhammadiyah Minta Satgas Covid-19 Tindak Tegas Habib Rizieq

Kualitas BBM ramah lingkungan menurutnya, memang lebih mahal dibandingkan yang berkualitas rendah sehingga masyarakat lebih banyak membeli BBM kualitas rendah tersebut.

Padahal untuk kendaraan yang digunakan saat ini, teknologi sudah tidak sesuai dengan Premium, Petralite atau Solar.

"Ini merupakan tantangan yang harus kita hadapi bersama," ujarnya.

Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan bahwa konsumsi paling besar bahan bakar saat ini masih didominasi oleh premium dan pertalite. 

Baca Juga: Pertanyakan Alasan Hakim MK Aktif Terima Bintang Mahaputera, Refly Harun: Tidak Habis Pikir Saya

“Kita akan mencoba melakukan pengelolaan hal ini karena sebetulnya premium dan pertalite ini porsi konsumsinya paling besar," katanya.

Menurutnya, di kawasan Asia, Indonesia hanya senasib dengan Tiongkok yang masih menggunakan RON di bawah 90. Itu pun, RON terendah Tiongkok menggunakan sebesar 89.

Padahal menurutnya, Indonesia masuk dalam kelompok negara yang memiliki GDP 2.000 dolar Amerika hingga 9.000 dolar amerika per tahun atau setara dengan Rp29 juta sampai Rp131 juta.

Baca Juga: Perhatian! Mulai Tahun 2021, Premium Dipastikan Tidak Lagi Dijual Pertamina

Namun, Indonesia menjadi satu-satunya negara yang memasarkan jumlah jenis produk BBM paling banyak yakni 6 jenis produk.

"Jadi itu alasan yang paling penting kenapa kita perlu me-review kembali varian BBM ini, karena benchmark 10 negara seperti ini," kata Nicke.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah