Menurut Guntur, kedatangan sejumlah tokoh politik tersebut bersifat pamrih yakni dukungan politik.
"Banyak yg tertipu oleh kerumunan Rizieq FPI khususnya 'politisi kelekatu' sprt melihat cahaya, sbnrnya mrk datang bukan krn hormat, tapi ada pamrih, kerumunan dianggap ceruk suara & dukungan politik," kata Guntur Romli dalam akun Twitter-nya, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com pada Sabtu, 21 November 2020.
Guntur juga menambahkan, dukungan politik oleh FPI tidak pernah efektif sepanjang sejarah kecuali pada Pilkada 2017.
Menurutnya, dukungan politik FPI pada Pilkada 2017 sarat dengan isu SARA. Kala itu, ada insiden ketika Ahok menyinggung masalah ayat Alquran.
Banyak yg tertipu oleh kerumunan Rizieq FPI khususnya 'politisi kelekatu' sprt melihat cahaya, sbnrnya mrk datang bukan krn hormat, tapi ada pamrih, kerumunan dianggap ceruk suara & dukungan politik— Mohamad Guntur Romli (@GunRomli) November 21, 2020
Baca Juga: Penurunan Baliho Habib Rizieq Lukai Sapta Marga, Fahri Hamzah: TNI Harus Berada di Luar Politik
"Padahal FPI tidak pernah efektif unt dukungan politik dukungan FPI ke Capres sejak 2004 kalah terus, mrk baru menang di Pilkada DKI 2017 saja, krn mainin isu SARA. Berkoalisi dgn FPI artinya berkoalisi dgn ujaran kebencian berbasis SARA. Ini bahaya unt masa depan Indonesia," ujar Guntur Romli.
Kasus kerumunan massa di kediaman Habib Rizieq pun terus bergulir dan sejumlah pihak sedang diperiksa oleh kepolisian.***