Menyusul Anies Baswedan, Fahri Hamzah dan Fadli Zon Bahas Buku Demokrasi

- 22 November 2020, 20:23 WIB
Fahri Hamzah (kiri) dan Fadli Zon (kanan) yang membahas buku demokrasi.
Fahri Hamzah (kiri) dan Fadli Zon (kanan) yang membahas buku demokrasi. /Pikiran-rakyat.com/Kolase dari Instagram @fahrihamzah dan Twitter @fadlizon

"Sebetulnya itu adalah kesimpulan 2 guru besar universitas Harvard: Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt. Dalam buku mereka yang terkenal 'How Democracy Die', mereka menuturkan bagaimana demokrasi bisa mati oleh kudeta militer atau oleh pemilu yang menaikkan para pemimpin curang," tutur Fahri Hamzah dalam lampirannya.

"Orang jakarta telmi," sambungnya.

Serupa dengan FahriHamzah, Politisi parta Gerindra, Fadli Zon dalam akun media sosial Twitter miliknya juga membahas seputar buku demokrasi. Dalam unggahannya, Fadli Zon duduk santai dengan pose membaca yang terlihat blur, tapi fokus pada buku tersebut.

Baca Juga: Terawang Artis Wanita Kebal Hukum, Mbak You: 2021 Masuk Sel karena Sepelekan Orang Punya Power

Berbeda dengan Anies dan Fahri, tampak buku yang dibacanya adalah buku berjudul 'Demokrasi Kita' karya dari mantan Wakil Presiden Indonesia yang pertama, Mohammad Hatta.

Diterangkan dalam keterangan tertulisnya, buku lama tersebut terbit pada 1 Mei 1960. Meski begitu Fadli mengakui bahwa buku itu masih relevan dengan keadaan demokrasi saat ini.

Lebih lanjut diungkap Fadli, bahwa pada buku kecil sekira tiga puluhan halaman itu, Hatta melakukan kritik tajam kepada pemerintahan Demokrasi Terpimpin yang dianggap otoriter saat Soekarno masih menjabat sebagai Presiden RI.

Baca Juga: Bukti Nyata Langgar Prokes, Kemenkes: 80 Orang Positif Covid-19 dari Kerumunan Petamburan

Namun dalam tulisan Fadli lainnya diungkapkan bahwa buku kritik yang diterbitkan Pandji Masjarakat pimpinan Buya Hamka tersebut, di kemudian hari akhirnya dilarang.

"Sy baca ulang buku “Demokrasi Kita” karya Mohammad Hatta yg terbit 1 Mei 1960, 60 thn lalu. Kok masih relevan n keadaannya hampir sama dg skrg. Hatta kritik tajam pemerintahan Demokrasi Terpimpin yg otoritarian di bwh Presiden Soekarno. Buku kecil ini kemudian dilarang," kata Fadli Zon sebagaiana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Twitter @fadlizon, Minggu, 22 November 2020.

Halaman:

Editor: Ikbal Tawakal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x