PR BEKASI – Kemarahan terhadap Nike Inc meletus di media sosial China pada Rabu malam, 24 Maret 2021 setelah warganet China melihat pernyataan Nike yang ditujukan kepada kamp-kamp pengungsian di daerah Xinjiang.
Xinjiang sendiri telah lama diduga menjadi tempat kamp-kamp muslim Uighur berada.
Perusahaan raksasa produsen barang-barang olahraga itu mengatakan pihaknya "prihatin" dengan laporan kerja paksa di daerah Xinjiang.
Pihak Nike dalam pernyataannya menyampaikan bahwa mereka tidak akan menggunakan lagi kapas dari daerah tersebut.
Baca Juga: Wanita Tanpa Busana Serang Presenter TV di Rumania Saat Siaran Langsung
Terpantu Kamis, Maret 2021, topik seputar pernyataan Nike itu termasuk di antara topik dengan tren tertinggi di Weibo media sosial seperti Twitter di China dan badai kritik di media sosial itu memiliki dampak yang lebih luas.
Aktor populer asal China Wang Yibo memutuskan kontraknya sebagai perwakilan Nike untuk menanggapi kritik media sosial atas pernyataan Nike soal Xinjiang, kata agensi yang menaungi Wang Yibo dalam sebuah pernyataan di Weibo, Kamis.
Tidak jelas kapan Nike mengeluarkan pernyataannya karena tidak tertera tanggalnya dan Nike belum dapat dihubungi untuk dimintai komentar.
"Kami prihatin dengan laporan kerja paksa di, dan terkait dengan, Daerah Otonomi Uighur Xinjiang (XUAR)," kata Nike dalam pernyataan itu seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Kamis, 25 Maret 2021.
"Nike tidak mengambil produk dari XUAR dan kami telah mengonfirmasi dengan pemasok kontrak kami bahwa mereka tidak menggunakan bahan tekstil atau benang pintal dari wilayah tersebut," demikian pernyataan Nike itu.
Pernyataan Nike itu muncul setelah Uni Eropa, Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada pada Senin, 22 Maret 2021 memberlakukan sanksi terhadap sejumlah pejabat China atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang.
China membalas hal itu dengan sanksi terhadap para anggota parlemen dan institusi Eropa.
Setidaknya satu perusahaan pengecer daring China tampaknya menolak produk H&M di tengah serangan media sosial pada Rabu terhadap perusahaan Swedia yang mengatakan pihaknya "sangat prihatin" tentang laporan kerja paksa di wilayah paling barat China, Xinjiang.
Diketahui Kelompok Hak Asasi Manusia percaya bahwa setidaknya satu juta orang Uighur dan sebagian besar Muslim berbahasa Turki lainnya dipenjara di kamp-kamp di wilayah barat Xinjiang.
Para saksi dan aktivis mengatakan bahwa China berusaha untuk secara paksa mengintegrasikan Uighur ke dalam budaya mayoritas Han.
Baca Juga: Hasil Piala Menpora Grup D: Frets Butuan Bantu Persib Bandung Tahan Imbang Bali United
Yakni dengan menghapus adat istiadat Islam, termasuk dengan memaksa Muslim untuk makan daging babi dan minum alkohol, yang dilarang oleh keyakinan mereka.
Namun, pemerintah China membantah pernyataan tersebut, termasuk tuduhan melakukan genosida terhadap muslim Uighur.***