Mengenal Arti, Amalan dan Keutamaan Bulan Sya'ban

16 Maret 2021, 15:29 WIB
Ilustrasi bulan Sya'ban. /Pixabay/chiplanay

PR BEKASI - Bulan Sya'ban merupakan bulan yang di dalamnya terdapat berbagai peristiwa bersejarah.

Peristiwa pengalihan arah kiblat dari Masjidil Aqsha di Palestina ke Ka'bah di Arab Saudi dengan penurunan Surat Al-Baqarah ayat 144, Surat Al-Ahzab ayat 56 yang menganjurkan pembacaan salawat, diangkatnya amal-amal manusia menuju ke hadirat Allah SWT, dan berbagai peristiwa lainnya.

Menilisik dari segi linguistik, Al-Imam Abdurraḥmān As-Shafury dalam literatur kitab momumentalnya Nuzhatul Majalis wa Muntakhabun Nafa'is mengatakan bahwa kata Sya'ban merupakan singkatan dari huruf shīn yang berarti kemuliaan.

Huruf 'ain yang berarti derajat dan kedudukan yang tinggi yang terhormat.

Baca Juga: Dianggap Langgar Adat, 4 Pria Ditangkap Usai Bikin Video di Masjid Raya Aceh Diiringi Musik Dangdut

Baca Juga: KPI Panggil Stasiun TV Terkait Siaran Lamaran Aurel dan Atta: Tak Ada Unsur Edukasi

Baca Juga: Warganet Dimanakan Polisi Usai Ejek Gibran di Medsos, Mustofa: Tidak Usah Bahas Gibran, Sayangi Keluarga Anda!

Huruf ba' yang berarti kebaikan. Huruf alif yang berarti kasih sayang.

Huruf nun yang berarti cahaya.

Bila ditinjau dari segi amaliyah, termaktub beberapa hal yang lazim dilaksanakan pada malam Nisfu Sya'ban, yaitu membaca Surat Yasin sebanyak 3 kali yang dilanjutkan dengan berdoa.

Tradisi demikian selain sudah berkembang di Nusantara ini juga menjadi amaliyah tahunan yang dilaksanakan secara rutin terutama oleh masyarakat NU.

Rasulullah SAW menyatakan dalam sebuah hadis sebagaimana diriwayatkan oleh Ad-Dailami, Imam 'Asakir, dan Al-Baihaqy berikut:

"Ada 5 malam di mana doa tidak tertolak pada malam-malam tersebut, yaitu malam pertama bulan Rajab, malam Nisfu Sya'ban, malam Jumat, malam Idul Fitri, dan malam Idul Adha.

Siapa saja yang menghidupkan dua malam hari raya dan malam Nisfu Sya'ban, niscaya tidaklah akan mati hatinya pada hari di mana pada hari itu semua hati menjadi mati.

Sungguh telah dikumpulkan doa ma’tsūr yang terkait khusus dengan malam Nisfu Sya‘ban. Doa ini dibaca oleh para muslimin pada malam penuh anugerah secara sendiri-sendiri dan berjamaah."

Baca Juga: Terjun jadi Politikus, Ramzi: Bismillah, NasDem Menurut Saya Berbeda dengan Partai Lainnya

Seorang dari mereka menalqin doa tersebut dan jamaah mengikutinya atau ada juga salah seorang yang berdoa dan jamaahnya mengaminkan saja sebagaimana dimaklum.

Caranya, pertama membaca Surat Yasīn 3 kali setalah shalat Maghrib yang diakhiri dengan berdoa.

Informasi tersebut tentu bisa mengindikasikan bahwa melaksanakan ibadah pada malam Nisfu Sya'ban merupakan suatu anjuran dari syariat Rasulullah SAW.

Oleh karena itu, siapapun yang tidak sepakat dengan amaliyah untuk menghidupkan malam Nisfu Sya'ban, tentu tidak sepatutnya memberikan kecaman yang tidak berdasar karena sikap demikian selain dapat mengganggu kerukunan antar masyarakat juga dapat mengganggu pelaksanaan ibadah bagi orang yang bersedia mengerjakannya.

Upaya menata stabilitas hati dan pikiran merupakan sikap yang sangat bijak untuk dapat diimplementasikan.

Kita dianjurkan untuk memelihara persaudaraan sesama Muslim.

Di sisi lain penting untuk diperhatikan juga bahwa amaliah menghidupkan malam Nisfu Sya'ban merupakan persoalan furū'iyyah yang tetap membuka ruang perbedaan tapi tetap dalam semangat yang saling toleran.

Pelaksanaan amaliyah ini berfungsi untuk mempertebal keimanan hamba terhadap Tuhannya.

Oleh karena itu, tidak sepatutnya untuk diarahkan pada dimensi sakralitas hukum.

Sakralitas hukum terhadap persoalan keimanan juga bisa berimplikasi pada munculnya gesekan-gesekan.

Selama semua amaliyah memiliki dasar dan pijakan ilmu pengetahuan tentu tidak perlu untuk dipertentangkan.

Perbedaan merupakan suatu keniscayaan (sunnatullâh), tapi menyikapi perselisihan dengan hal yang tidak bijak tentu semakin menjauhkan umat Islam dari nilai-nilai luhur keislamannya.

Islam adalah agama yang fleksibel terkait perkara prinsip dasar (ushuliyyah) bergerak secara eksklusif, sedangkan terkait perkara cabang (furu'iyyah) bergerak secara inklusif.

Urusan-urusan yang termasuk unity of diversity (al-ijtimā’ fil ikhtilāf) merupakan bentuk keluasan dari ajaran Islam.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: ISLAM NU

Tags

Terkini

Terpopuler