(Muhammad Ibnu ‘Asyur dalam at-Tharîr wat Tanwîr) Pernyataan Ibnu ‘Asyur mengandung pengertian bahwa kemuliaan bulan tertentu tidak mutlak berarti kemuliaan umat Islam secara otomatis.
Kemuliaan umat Islam mengandung syarat, yakni ketika mereka mau mengisi waktu-waktu khusus tersebut dengan amal saleh dan akhlakul karimah.
Keutamaan bulan-bulan khusus adalah satu hal, dan keutamaan pribadi orang-orang Islam adalah hal yang lain.
Keistimewaan bulan Muharram adalah satu soal, sementara keistimewaan individu-individu kaum Muslimin adalah soal lain.
Hal tersebut sangat tergantung bagaimana kita umat Islam merespons keutamaan-keutamaan yang diberikan Allah itu kepada kita: apakah mengisinya dengan baik atau tidak.
Di antara amalan yang amat dianjurkan di bulan pertama kalender hijriah ini adalah puasa.
Baca Juga: Khutbah Jumat Terbaru 2021: Hal yang Penting Diperhatikan di Bulan Muharram
Dalam hadits riwayat Ibnu Majah dijelaskan, "Seseorang datang menemui Rasulullah ﷺ dan bertanya, ‘Setelah Ramadhan, puasa di bulan apa yang lebih afdhal?' Nabi menjawab, ‘Puasa di bulan Allah, yaitu bulan yang kalian sebut dengan Muharram.” Penyebutan Muharram sebagai “bulan Allah” (syahrullâh) menunjukkan posisi bulan ini yang amat spesial.
Melalui riwayat Ibnu Majah pula, puasa pada hari ‘Asyura (10 Muharram) disebut sebagai bagian dari amalan untuk menghapus dosa-dosa setahun yang telah lewat.
Selain 10 Muharram, puasa juga masih dianjurkan pada hari-hari lain di bulan ini. Amalan lain yang bisa digiatkan adalah meningkatkan solidaritas antarsesama.