Sahl as-Tustari memiliki seorang tetangga yang beragama Majusi. Suatu ketika jamban tetangganya yang Majusi itu bocor hingga mengalirlah kotoran dari jamban itu ke rumah Sahl. Dengan penuh kesabaran, di siang hari Sahl menampung kotoran itu. Lalu Ia membuangnya di malam hari.
Setahun hal itu berjalan. Sahl sama sekali tidak pernah mengeluh dan protes kepada tetangganya tersebut. Suatu saat, Sahl jatuh sakit. Ia lalu memanggil sang Majusi dan memberitahunya tentang kotoran Majusi yang mengalir ke rumahnya setiap hari. Sahl merasa ajalnya sudah dekat. Ia khawatir jika hal itu tidak ia beritahukan kepada Majusi, ahli waris Sahl tidak akan bersabar sebagaimana ia bersabar. Itu akan menyebabkan mereka memusuhi Majusi.
Baca Juga: Khutbah Jumat Singkat Terbaru 2021: Dua Amalan Surga yang Banyak Ditinggalkan
Mendengar hal itu, Majusi menangis terharu bercampur takjub atas kesabaran Sahl yang luar biasa. Sang Majusi lalu berkata: “Anda bersabar atas gangguan kotoran dari jambanku selama berbulan-bulan. Anda tetap memperlakukanku dengan sangat baik.
Ulurkan tangan Anda. Aku akan masuk Islam dengan membaca dua kalimat syahadat di hadapan Anda.” Tidak lama setelah itu, Sahl pun meninggal dunia.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Teladan yang dicontohkan Imam Sahl jangan hanya dikisahkan semata. Akan tetapi sudah semestinya kita meneladaninya dan menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Baca Juga: Khutbah Jumat Singkat Terbaru 2021: 3 Golongan yang Tidak Akan Diajak Bicara di Hari Kiamat
Mampukah kita melakukan hal yang sama? Ataukah sebaliknya, kita akan mengeluh, berteriak-teriak dan bertengkar dengan tetangga kita jika mengalami hal sama?
Padahal tetangga kita adalah saudara kita sesama muslim. Dan yang mengalir ke rumah kita mungkin adalah air yang suci, bukan kotoran yang najis seperti yang dialami oleh Imam Sahl.