Studi: Perubahan Iklim Bisa Turunkan Cita Rasa, Aroma, dan Kualitas Kopi

- 2 November 2021, 08:26 WIB
Ilustrasi. Penelitian terbaru ungkap perubahan iklim perburuk kualitas kopi.
Ilustrasi. Penelitian terbaru ungkap perubahan iklim perburuk kualitas kopi. /Pixabay

PR BEKASI - Sebuah studi baru telah mengungkapkan bagaimana pemanasan global akan mempengaruhi kualitas biji kopi.

Hasil studi tersebut menjelaskan bahwa kopi akan memiliki kualitas buruk karena pemanasan global.

Pasalnya, pemasanan global bisa mempengaruhi rasa, aroma, dan kualitas kopi.

Baca Juga: Resep dan Cara Membuat Kopi Mocha Latte ala Cafe di Rumah, Lebih Murah Meriah

Hasil studi sebelumnya telah menyelidiki bagaimana perubahan iklim dapat merusak hasil kopi, dengan penelitian tahun 2019 menunjukkan bahwa 60 persen spesies kopi yang diketahui dapat terancam punah.

Namun, tinjauan ilmiah baru berfokus pada bagaimana pemanasan global dapat memengaruhi rasa, aroma, dan kualitas kopi.

Studi tersebut mengungkapkan bahwa kopi masa depan tidak hanya bisa lebih sulit didapat, tetapi juga bisa terasa tidak enak.

Baca Juga: Penelitian Terbaru Ungkap Manfaat Kopi Bisa Turunkan Risiko Terkena Covid-19

Sebuah tim yang dipimpin oleh para peneliti dari Tufts University dan Montana State University mencari pola di 73 artikel yang diterbitkan tentang kopi untuk menentukan faktor-faktor apa yang paling mungkin mempengaruhi kualitas dan dampak perubahan lingkungan terhadap faktor-faktor tersebut.

Para peneliti mengidentifikasi dua faktor yang memiliki hubungan paling konsisten dengan kualitas, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Eco Earth.

Pertama, ketinggian yang lebih tinggi menghasilkan kopi dengan rasa dan aroma yang lebih baik, dan kedua, terlalu banyak sinar matahari menyebabkan penurunan kualitas.

Baca Juga: Saipul Jamil Diberi Kalungan Bunga hingga Diizinkan Bernyanyi, Trans TV Minta Maaf untuk Acara Kopi Viral

Faktor pertama itu bisa sangat dipengaruhi oleh pemanasan global.

“Memeriksa tanaman yang dibudidayakan pada ketinggian yang berbeda sering digunakan sebagai proksi suhu," katanya.

"Ketinggian yang lebih tinggi dikaitkan dengan suhu yang lebih dingin yang menghasilkan pematangan yang lebih lambat, pengisian buah yang berkepanjangan, dan akumulasi prekursor rasa (rasa dan aroma) yang lebih tinggi."

Baca Juga: Dikritik Netizen karena Beri Panggung Saipul Jamil di Kopi Viral, Trans TV Minta Maaf

“Kerentanan kualitas kopi di ketinggian yang lebih rendah memberikan wawasan tentang apa yang mungkin terjadi pada kualitasnya di ketinggian yang lebih tinggi di masa depan dengan peningkatan suhu yang terkait dengan perubahan iklim, menyoroti bahwa adaptasi iklim diperlukan untuk sistem pertanian produk di semua ketinggian," tulis makalah itu.

Di sisi lain, mengurangi paparan sinar matahari tampaknya lebih mudah untuk dilakukan.

“Sementara paparan cahaya bergeser dengan perubahan iklim, variabel ini dapat dimodifikasi dalam sistem pertanian kopi melalui manajemen naungan termasuk mengembangkan sistem naungan dengan tingkat cakupan kanopi yang optimal,” makalah itu melanjutkan.

Baca Juga: Alvin Faiz Dituduh sebagai Pengguna Narkoba, Ameer Azzikra: Bang Alvin Itu Rokok Sama Kopi Aja Gak Suka!

“Manajemen naungan adalah strategi adaptasi iklim yang relatif mudah diakses dibandingkan dengan alternatif seperti relokasi pertanian.”

“Tinjauan sistematis ini menyoroti bahwa kualitas kopi sensitif terhadap perubahan variabel lingkungan dan manajemen yang terkait dengan perubahan iklim dan adaptasi iklim,” kata kesimpulan tersebut.

“Mengingat sensitivitas kualitas kopi terhadap variasi lingkungan, inovasi berbasis bukti diperlukan untuk meningkatkan keberlanjutan dan ketahanan sektor ini dalam konteks perubahan global.”***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Eco Earth


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah