Pakar UGM Prediksi Lonjakan Kasus Corona di Indonesia Pekan Kedua April dan Berakhir Mei

- 2 April 2020, 07:44 WIB
SITUASI pemeriksaan masif tes virus corona.*
SITUASI pemeriksaan masif tes virus corona.* /Instagram @ridwankamil/

PIKIRAN RAKYAT – Pakar Statistika dan alumni Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gajah Mada (UGM) mengungkapkan hasil prediksi berakhirnya pandemi virus corona di Indonesia.

“Dari hasil analisis pandemi COVID-19 akan berakhir pada 29 Mei 2020 dengan minimal total penderita positif sekitar 6.174 kasus. Dengan intervensi pemerintah, total penderita corona positif minimal di sekitar 6.200 di akhir pandemi pada akhir Mei 2020,” tutur Guru Besar Statistika UGM Prof Dr Dedi Rosadi seperti yang dikutip Pikiranrakyat-bekasi.com dari situs resmi Universitas Gajah Mada.

Metode prediksi pemodelan yang digunakan diberi nama model probabilistik yang mengacu pada Probabilistik Data Driven Model atau PPDM.

Baca Juga: 1 Pasien Dinyatakan Sembuh, Wali Kota Bekasi Ungkap Daerah Asal

Dedi menyebut hasil prediksi tersebut perlu diungkapkan ke publik mengingat beberapa hasil prediksi pemodelan matematika terhadap data pasien positif virus corona di Indonesia cenderung berlebihan.

Melalui pemodelan matematika tersebut, Dedi memprediksi akan terjadi tambahan kasus pada pekan kedua di bulan April yakni berkisar antara tanggal 7 hingga 11 April 2020 mendatang.

“Penambahan lebih kurang 740-800 pasien per 4 hari dan diperkirakan akan terus menurun setelahnya,” ujar Dedi.

Baca Juga: DPR Ragukan Pemerintah Bisa Menutupi Anggaran untuk Tanggulangi Corona

Selain itu, hasil pemodelan memprediksi pandemi virus corona di Indonesia akan berakhir pada hari ke 100 setelah 2 Maret 2020 saat pemerintah mengungkapkan temuan kasus pertama atau atau tepatnya tanggal 29 Mei 2020.

Dedi memaparkan pada pertengahan bulan Mei, penambahan kasus positif akan mengalami penurunan.

Untuk menghadapi kondisi tersebut Dedi merekomendasikan agar masyarakat tidak mudik ke daerah dan meniadakan kegiatan yang melibatkan massa di tempat ibadah selama bulan ramadan.

Baca Juga: Efektivitas Penggunaan Masker Kain untuk Tangkal Corona Menurut Ahli

Upaya intervensi juga harus dilakukan pemerintah dengan penerapan parsial lockdown serta pengawasan physical distance secara ketat hingga pandemi dinyatakan benar-benar berakhir di awal Juni 2020.

Pemodelan yang digunakan Dedi dan timnya mengasumsikan proses pasien yang datang ke rumah sakit sebagai penderita positif kemudian mengikuti proses antrean markovian.

Setelah dilakukan pencocokan model terhadap data total pasien positif maka Dedi dan tim mampu menjelaskan fenomena penting berdasarkan pemodelan PDDM.

Baca Juga: Soal Pembatalan Tiket, Berikut Tenggat Waktu yang Diberikan PT KAI

PDDM merupakan penyempurnaan dari model statistika dasar yang dikembangkan oleh Heribertus Joko Kristadi.

Dedi menilai model PDDM jauh lebih akurat untuk menggambarkan total jumlah pasien positif dibanding pemodelan lain seperti machine learning, kurva gompertz, logistic model, model eksponensial, ARIMA dan lainnya.

PDDM juga dipilih berdasarkan rata-rata eror kesalahan prediksi selama 2 minggu terakhir hanya sebesar 1,5 persen.

Baca Juga: Terima Rp 66,5 Miliar, Achmad Yurianto: Kami Gunakan untuk Keperluan Tenaga Medis

Setelah melakukan uji pandemi selama 4 har terakhir, PDDM terbukti akurat dengan eror yang dihasilkan selalu berada di bawah angka 1 persen.

“Eror maksimal 0,9 persen dan minimal 0,18 persen,” tutur Dedi.

Selain itu, PDDM juga mampu memprediksi waktu terparah dan waktu berakhirnya pandemi.

Baca Juga: Alami Demam dan Sesak? Mungkin Gejala Psikosomatik, Berikut Cara Mencegahnya Menurut WHO

Namun, Dedi menegaskan model PDDM akan terus diperbaharui setiap harinya sehingga prediksi akan benar-benar mencerminkan data di lapangan.***

Editor: Billy Mulya Putra


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x