Ilmuwan Sebut Akan Ada Tsunami Besar di Samudra Selatan Setinggi Bangunan 8 Lantai, Ancam Indonesia?

- 13 Juni 2020, 20:35 WIB
ILUSTRASI gelombang laut.*
ILUSTRASI gelombang laut.* /Pixabay/

PR BEKASI - Para ilmuwan melaporkan akan adanya gelombang monster menyerupai tsunami di Samudra Selatan yang dikabarkan telah terbukti mencapai setinggi bangunan berlantai delapan.

Bahkan ilmuwan juga mengatakan bahwa gelombang monster tersebut akan tumbuh lebih besar dan lebih sering seiring terjadinya perubahan iklim.

Dilansir The University of Melbourne oleh Pikiranrakyat-Bekasi.com, satu studi baru ini menemukan bahwa gelombang ekstrem di lautan telah tumbuh sebesar 30 sentimeter atau lima persen, hanya dalam waktu tiga dekade terakhir.

Baca Juga: Hubungan Kian Panas, Warga Australia Divonis Mati Oleh Tiongkok Atas Perdagangan Narkoba 

Wilayah tersebut telah tumbuh lebih deras dan bahkan lebiih deras dengan angin ekstrem yang menguat 1,5 meter per detik.

Saat ini, studi baru telah menemukan bahwa planet yang menghangatkan akan menyebabkan angin badai yang lebih kuat dan memicu gelombang ekstrem yang lebih besar dan jauh lebih sering selama 80 tahun ke depan, dengan peningkatan terbesar ditunjukkan di Samudra Selatan.

Para peneliti di University of Melbourne menyimulasikan perubahan iklim Bumi di bawah kondisi angin yang berbeda, akan menciptakan ribuan badai simulasi untuk mengevaluasi besarnya dan frekuensi kejadian yang lebih ekstrem.

Studi ini juga menemukan bahwa jika emisi global tidak dibatasi, maka akan ada peningkatan hingga 10 persen dalam frekuensi dan besarnya gelombang ekstrem di wilayah lautan luas.

Baca Juga: Demonstran Kematian George Floyd Terancam Hukuman Penjara Seumur Hidup 

Sebaliknya, para peneliti pun menemukan akan ada peningkatan yang jauh lebih rendah dengan langkah-langkah efektif yang harus diambil untuk mengurangi emisi dan ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Dalam kedua skenario tersbeut, peningkatan terbesar dalam besarnya dan frekuensi gelombang ekstrem adalah di Samudra Selatan.

Para peneliti menemukan besarnya peristiwa tinggi gelombang signifikan satu dalam 100 tahun meningkat lima hingga 15 persen di atas laut pada abad ini, dibandingkan dengan periode 1979 hingg 2005.

Sementara itu di Atlantik Utara, menunjukkan penurunan lima hingga 15 persen dari rendah ke menengah, tetapi peningkatan pada garis lintang tinggi sekitar 10 persen.

Baca Juga: Donald Trump: Teknik Menekan Leher Tersangka Terkadang Diperlukan Polisi   

Ketinggian gelombang signifikan yang ekstrem di Pasifik Utara meningkat pada garis lintang tinggi sebesar lima hingga 10 persen.

Salah satu penulis penelitian tersebut, yakni Profesor Ian Young memperingatkan bahwa lebih banyak badai dan gelombang ekstrem akan mengakibatkan naiknya permukaan laut dan menyebabkan kerusakan infrastruktur.

"Sekitar 290 juta orang di seluruh dunia sudah tinggal di mana ada kemungkinan satu persen banjir setiap tahunnya. Peningkatan risiko kejadian gelombang ekstrem dapat menjadi bencana besar, karena badai yang lebih besar dan lebih sering akan menyebabkan lebih banyak banjir dan erosi garis pantai," ucap dia.

Baca Juga: Jika Ada Pengunjung Tempat Wisata Positif Corona, Anies Baswedan Siapkan Tindakan Berikut Ini 

Sementara peneliti utama Alberto Meucci mengatakan, studi yang dilakukannya menujukkan bahwa wilayah Samudra Selatan secara signifikan lebih rentan terhadap peningkatan gelombang ekstrem dengan dampak potensial terhadap wilayah Australia dan sekitarnya.

"Hasil yang kami saksikan menunjukkan kasus kuat lain untuk pengurangan emisi melalui transisi ke energi bersih jika kami ingin mengurangi tingkat kerusakan garis pantai global," kata Alberto Meucci.

Penelitian ini dilakukan ketika para ilmuwan Selandia Baru telah mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang ekstremnya Samudra Selatan dengan pelampung gelombang yang digunakan oleh konsultan berbasis sains, MetOcean Solutions.

Dampak ancaman gelombang tersebut terhadap Australia dan Selandia Baru, memungkinkan adanya potensi ke daerah lain di sekitarnya seperti Iindonesia. Namun belum ada penelitian lebih lanjut tentang bahaya kenaikan gelombang besar ini.***

Editor: M Bayu Pratama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x