Kiamat Disebut Akan Terjadi Hari Ini Berdasarkan Kalendar Bangsa Maya, Astronom: Ini Kesempatan Emas

- 21 Juni 2020, 09:01 WIB
Ilustrasi kiamat.
Ilustrasi kiamat. /Pixabay/Pete Linforth /

PR BEKASI - Masyarakat dunia digegerkan klaim yang menyebut kiamat akan terjadi Minggu 21 Juni 2020.

Klaim didasarkan pada kalender Suku Maya. Alasan klaim tersebut adalah karena adanya beberapa masalah yang dialami sejumlah negara di dunia antara lain pandemi Covid-19, keresahan sosial, ketegangan geopolitik, bencana penerbangan di Iran dan Pakistan, serta benca alam di Australia dan Filipina.

Sebelumnya, sempat muncul klaim berdasarkan kalender Suku Maya bahwa kiamat terjadi pada Desember 2012.

Akan tetapi klaim tersebut tidak terbukti. Sempat tersiar kabar juga, terjadi kesalahan pembacaan soal klaim kiamat pada Desember 2012.

Baca Juga: 44 Tahun Hibur Masyarakat, Majalah Donal Bebek Berhenti Terbit 29 Juni

Setelah muncul kembali klaim yang menyebut kiamat akan terjadi Minggu 21 Juni 2020, tak sedikit orang percaya hal itu.

Dikutip dari Express.uk oleh Pikiranrakyat-Bekasi.com, CEO Grup Astronom Dubai Hasan Al Hariri tak setuju dengan teori kiamat berdasarkan kalender Suku Maya.

Demi menyingkirkan semua ketakutan seputar prediksi itu, dia memberi pernyataan bahwa pengetahuan sains perlu dipahami agar orang lebih bersyukur dan justru menjadikan fenomena alam sebagai sesuatu yang bisa dinikmati.

"Sains itu elegan dan indah, tetapi membutuhkan upaya untuk memahaminya. Ini adalah kesempatan emas untuk memberi orang pelajaran," katanya.

Baca Juga: Gerhana Matahari Cincin 21 Juni Langka, Lapan: Terakhir Terjadi Tepat 372 Tahun yang Lalu

Hasan Al Hariri mengatakan, teori yang menyebut 21 Juni 2020 akan menjadi akhir dunia sangat tidak ilmiah dan tidak logis.

"Siapa pun yang memiliki tempramen ilmiah, tidak harus seorang ilmuwan, tidak dapat mendukung jenis pesan ini," ucapnya.

Selain Hasan Al Hariri, banyak astronom lainnya yang menolak klaim kiamat dengan mengatakan bahwa matematika dan interpretasi baru itu salah besar.

Astronom Phil Plait mengatakan, "Kaleder Gregorian tidak hilang 11 hari per tahun! Pada dasarnya, kalender Julian, yang banyak digunakan sejak dulu tidak memperhitungkan tahun kabisat dengan sangat baik. Jadi, ratusan tahun lalu negara mulai beralih ke kalender Gregorian yang lebih baik meski sedikit rumit.

"Jadi, tidak ada alasan untuk membawa kalender Julian ke sini. Itu tidak masuk akal," ujarnya.***

Editor: Yusuf Wijanarko

Sumber: Express


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x