Rencana Kembali Mengajar Tatap Muka di Sekolah Semakin Dekat, Mayoritas Guru Khawatir

- 23 Oktober 2020, 14:11 WIB
Sejumlah siswa SMP mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) melalui saluran televisi Bandung 132 di Cibangkong, Bandung, Jawa Barat, Selasa. 13 Oktober 2020.
Sejumlah siswa SMP mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) melalui saluran televisi Bandung 132 di Cibangkong, Bandung, Jawa Barat, Selasa. 13 Oktober 2020. /Antara/Raisan Al Farisi

PR BEKASI – Sebanyak 76 persen guru di Indonesia merasa khawatir bila kembali melaksanakan pembelajaran tatap muka di sekolah selama pandemi Covid-19.

Data tersebut didapatkan berdasarkan hasil survei yang dilakukan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Wahana Visi Indonesia (WVI), dan Predikt.id.

Ketua Tim Pendidikan WVI, Mega Indrawati melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis, 22 Oktober 2020 mengatakan penelitian tersebut dilaksanakan untuk melihat penilaian para guru terkait pembukaan kembali sekolah di masa pandemi Covid-19

Baca Juga: Petugas Ambulans Geruduk Balai Kota DKI Jakarta, Riza Patria Buka Jalan Diskusi untuk Cari Solusi 

"Penelitian singkat ini dilakukan untuk mengetahui persepsi guru dan tenaga kependidikan lainnya terkait situasi sekolah akibat pandemi serta proses menuju pembukaan kembali sekolah dengan skema adaptasi kebiasaan baru," katanya.

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara, menurut survei tersebut kekhawatiran terbesar pada guru adalah terjadi penularan Covid-19 pada peserta didik (44 persen) dan pada diri sendiri (37 persen).

Sedangkan khawatir tidak bisa melakukan proses belajar mengajar dengan nyaman (29 persen), khawatir tidak bisa menjalankan pembelajaran tatap muka dengan efektif (24 persen) hingga khawatir keluarga di rumah tertular Covid-19 (23 persen).

Guru pendidikan khusus atau inklusi cenderung lebih merasa khawatir terkait masalah kesehatan, sedangkan guru di daerah terluar, terdepan, tertinggal (3T) relatif lebih khawatir terkait pembelajaran.

Baca Juga: Niat Hati Pasang Kamera CCTV untuk Lihat Hantu, Pria Ini Justru Temukan Hal yang Lebih Mengejutkan 

Hal itu karena anak berkebutuhan khusus lebih sulit melaksanakan protokol kesehatan sehingga rentan tertular Covid-19.

Sebanyak 95 persen responden guru setuju pembelajaran jarak jauh atau kombinasi. Dengan keterbatasan sarana dan prasarana, sebagian besar guru mengusulkan kombinasi antara pembelajaran jarak jauh dan tatap muka (45 persen).

Sementara itu, 38 persen guru memilih pembelajaran daring sepenuhnya, 12 persen memilih pembelajaran jarak jauh secara luring, dan hanya lima persen yang memilih tatap muka seluruhnya.

Guru di daerah 3T cenderung memilih pembelajaran jarak jauh luring (26 persen). Sedangkan guru pendidikan khusus yang lebih khawatir terkait pandemi cenderung memilih pendidikan jarak jauh daring (40 persen).

Baca Juga: Beri Pesan Penting untuk Wanita Indonesia, Raisa Sarankan Terapkan 3S demi Jaga Kesehatan Tulang 

"Dampak penutupan sekolah dialami guru dan peserta didik. Situasi ini dapat mengakibatkan penurunan kualitas pendidikan karena belajar dari rumah memerlukan keahlian baru, baik oleh peserta didik maupun guru, terutama untuk sekolah luar biasa dan sekolah di daerah 3T," katanya.

Survei dilakukan pada 18 Agustus 2020 hingga 5 September 2020 dengan responden 27.046 guru dan tenaga kependidikan di 34 provinsi di Indonesia.

Sebanyak 95 persen responden berada di daerah non-3T, dan lima persen di daerah 3T, 74 persen responden berasal dari pendidikan umum, serta 26 persen dari pendidikan khusus atau sekolah luar biasa.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x