Membasahi Kepala Terlebih Dahulu Saat Mandi Dikabarkan Dapat Sebabkan Stroke, Benarkah?

28 Januari 2021, 07:32 WIB
Ilustrasi seorang pria yang sedang mandi. /Pixabay

PR BEKASI - Beredar narasi di media sosial yang mengklaim orang yang kerap mengalami stroke saat mandi karena membasahi kepala terlebih dahulu.

Namun berdasarkan penelusuran fakta yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Jabar Saber Hoaks, Rabu, 27 Januari 2021, narasi yang mengklaim orang akan terkena stroke jika membasahi kepala terlebih dahulu saat mandi adalah keliru atau hoaks.

Narasi tersebut beredar di media sosial Facebook dan diunggah oleh pemilik akun Facebook Mae Minten Haha Hihi dengan narasi lengkap seperti berikut:

"Telah beredar unggahan di media sosial Facebook yang berisi klaim bahwa orang kerap mengalami stroke saat berada di kamar mandi karena mandi dalam urutan yang salah, dimulai dari kepala lebih dulu. Informasi tersebut menyebut urutan membasahi tubuh yang benar agar tidak terkena stroke, mulai dari menyiram air di telapak kaki hingga bahu dan kepala.

Baca Juga: Abu Janda 'Serang' Fisik Pigai, Refly Harun: Dukung Pemerintah Tak Berarti Kebal Hukum

Kita selalu dengar orang jatuh di kamar mandi dan kena stroke dan sebagainya. Kenapa kita jarang dengar jatuh di tempat tempat lain?. Seorang Profesor dari Universitas di Malaysia, UITM yang juga terlibat dengan kegiatan olah raga negara menasihatkan supaya pada waktu mandi:
- jangan basahkan kepala dulu,
- basahkan bagian badan.
 
Ini karena apabila kepala basah dan dingin, darah semua akan mengalir ke kepala untuk memanaskan kepala, jika ada saluran darah sempit, maka dapat terjadi kondisi saluran darah pecah. Ini kerap kali berlaku di kamar mandi."

Faktanya, Kepala Penelitian Ilmu Saraf di Monash Health Australia, Thanh Phan mengatakan, hingga detik ini tidak ada bukti terkait dengan urutan mandi yang benar.

Baca Juga: Pemuda Jabar Bersiap, Ridwan Kamil Sedang Cari Anak Muda untuk Menjadi Petani 4.0

“Tidak ada bukti pada pernyataan ini tentang urutan mandi,” ucapnya.

Phan menjelaskan bahwa sebagian besar stroke disebabkan oleh gumpalan yang menghalangi aliran darah di otak. Gumpalan ini berasal dari jantung atau pembuluh darah besar seperti arteri karotis. 

Phan menyampaikan, justru penyebab stroke yang jarang terjadi adalah pecahnya pembuluh darah.

Hal yang sama juga diungkapkan Kepala Stroke dari Foundation Clinical Council, Profesor Bruce Campbell. 

Baca Juga: Terima 12.000 Dosis Vaksin Covid-19, Pemkab Bekasi Akan Gelar Vaksinasi Tahap Pertama Mulai Hari Ini

Campbell menganjurkan untuk menekan risiko stroke dengan cara mengelola tekanan darah dan kolesterol, makan makanan yang sehat, tidak merokok, olahraga teratur, dan mengurangi konsumsi alkohol. 

Dia juga menyarankan untuk melakukan check up rutin agar gejala-gejala stroke dapat terdeteksi.

"Tidak ada bukti yang kami ketahui mengenai hubungan antara mandi dengan stroke," ujar Campbell.

Direktur Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) dr. Mursyid Bustami mengatakan, stroke menjadi penyebab kematian nomor satu di Indonesia berdasarkan riset kesehatan Kementerian Kesehatan pada 2018.

Baca Juga: Cek Fakta: Negara Sedang Kritis, BI Dikabarkan Cetak Uang Rp300 Triliun, Ini Faktanya

"Jadi stroke yang dulu Tahun 90-an menduduki rangking kelima, sekarang rangking kesatu. Jadi stroke menempati rangking kesatu sebagai penyebab kematian," katanya dalam Talkshow Week Stroke Campaign dalam rangka menyambut Hari Stroke Sedunia yang jatuh pada 29 Oktober, di RSPON Jakarta.

Ia mencontohkan, prevalensi kejadian stroke pada 2013 yang terjadi pada tujuh di antara 1.000 penduduk di Indonesia.

Angka tersebut berbeda dengan jumlahnya pada 2018 yang meningkat menjadi 10,9 per 1.000 penduduk yang terserang stroke di Indonesia. 

Baca Juga: Rencanakan Aksi Teror di Masjid, Remaja Singapura Akui Terinspirasi dari Teroris di Selandia Baru

"Ini mengalami peningkatan. Kita tidak tahu lima tahun ke depan apakah akan meningkat atau menurun," ucapnya.

Lantas apa saja makanan yang harus dihindari baik untuk menghindari stroke maupun penderitanya?

1. Makanan instan dalam kemasan (sosis dan daging kemasan)
2. Makanan tinggi gula (maksimal gula per hari, empat sendok makan)
3. Makanan tinggi garam (maksimal garam per hari, satu sendok teh)
4. Makanan yang mengandung lemak jenuh dan lemak trans (Biskuit, gorengan, donut, margarin dan kulit aya,)
5. Minuman beralkohol.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: JABAR SABER HOAKS

Tags

Terkini

Terpopuler