Beredar Kabar Mantan Komisaris KPU Wahyu Setiawan Merupakan Keturunan PKI, Simak Faktanya

6 Juni 2020, 12:00 WIB
KOMISIONER KPU, Wahyu Setiawan mengenakan rompi tahanan usai menjalani pemeriksaan di gedung KPK, Jakarta, Jumat 10 Januari 2020 dini hari lalu. KPU mesti bekerja keras kembalikan kredibilitas sebelum Pilkada Serentak 2020.* /Dhemas Reviyanto/Antara Foto

PR BEKASI - Beredar narasi di media sosial yang mengklaim bahwa mantan Komisaris KPU, Wahyu Setiawan merupakan keturunan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Narasi tersebut pertama kali di unggah oleh akun Facebook berama Ajib Jr Dia mengunggah foto beserta narasi bahwa Wahyu Setiawan merupakan keturunan Semaun, Ketua PKI yang pertama.

Dalam foto yang diunggah disebutkan bahwa ayah dari Wahyu Setiawan adalah anak dari Slamet Semaun dan cucu dari ketua umum PKI yang pertama, Semaun.

Baca Juga: Sering Ikut Berbicara Soal Virus Corona, Luhut Pandjaitan: Saya Dewan Pengarah

Berdasarkan hasil penelusuran yang dikutip dari Turn Back Hoax, klaim bahwa Wahyu Setiawan adalah keturunan PKI adalah informasi yang keliru. Semaun diketahui tidak memiliki anak yang bernama Slamet.

Disebutkan juga bahwa anak Semaun yang pertama, laki-laki, bernama Logika Sudibyo.

Sementara anak Semaun yang kedua, perempuan, bernama Axioma. Sementara, kelahiran anak kedua Semaun itu bertepatan dengan penangkapan Semaun oleh pemerintah Belanda pada 8 Mei 1923.

Baca Juga: WHO: Masker Dapat Menciptakan Rasa Aman yang Salah dari COVID-19

Berikut narasi lengkap dari unggahan tersebut:

Copas Irianti Djuremi Reinke, Tak usah heran, terkejut, atau heboh kalau Wahyu Setiawan adalah anak dari SLAMET, sebab memang kakeknya adalah SEMAUN. Semaun itu jelas KOMUNIS. Semaun belajar bareng Soekarno (NASIONALIS) dan Kartosowirjo (DARUL ISLAM),"

"Soekarno berkuasa negara, lalu Semaun berontak, datang agresi militer Belanda ke 2, setelah ditahan Soekarno-Hatta berkuasa kembali atas negara boneka ini, lalu membungkam Kartosoewirjo berikut dengan buah pemikirannya, PKI hadir kembali ditangan DN Aidit, kemudian Soekarno mesra dengan PKI terbukti hadirnya Nasakom dan berontak untuk kedua kalinya,"

Baca Juga: Datangkan Banyak Manfaat, Simak Cara Bernapas dengan Benar

"Jadi nyambung khan, sekarang ini banyak anak-anak PKI ada dimana-mana, termasuk ada di Istana Negara, KPU, MK, DPR, POLRI, KEJAGUNG, dan berkembang biak dibanyak Partai, utamanya PDI PERJUANGAN,"

"Beginilah akhirnya kita, sebenarnya kita telah berada di masa pemberontakan PKI ketiga. Kapan itu terjadinya, saat dimulai Reformasi yang sangat prematur usai Soeharto lengser,"

"Mau bilang apa sekarang, coba? Tak usah heran, terkejut, atau heboh. Mestinya kita menyesali dan memetik hikmah dibalik lengsernya Orde Baru. JANGAN MUNAFIK!," tulis narasi tersebut.

Baca Juga: Sebut Tim Ekonomi Jokowi sebagai Pahlawan Bagi Masyarakat, Waketum Gerindra Berikan Apresiasi

Menurut laporan Turn Back Hoax Semaun diasingkan ke Amsterdam, Belanda, sejak 20 September 1923.

Namun pada November 1925, Semaun pergi ke Uni Soviet. Di sana ia menetap hingga lebih dari 30 tahun dan menikah dengan wanita setempat.

Dari pernikahannya dengan wanita yang bernama Valentina Iwanowa itu, Semaun memperoleh dua anak.

Baca Juga: Sambut AKB, Kemenkominfo Siap Terapkan FWS

Anak pertama, laki-laki, bernama Rono Semaun, bekerja di Moskow, Rusia sebagai wartawan.

Sementara anak kedua, perempuan bernama Elena Semaun ikut pulang ke Tanah Air bersama ayahnya pada 1957.

Cerita soal pernikahan Semaun dengan wanita Rusia yang dikaruniai anak bernama Rono Semaun juga pernah dimuat oleh salah satu majalah nasional swasta pada 16 Maret 2003.

Baca Juga: Dinilai Tak Punya Moral, Pesepakbola AS Ajak Warga Tak Kembali Pilih Donald Trump Sebagai Presiden

Dalam berita di kedua majalah ini, Rono disebut sebagai penerjemah karya-karya sastra Indonesia ke bahasa Rusia.

Dari berbagai pemberitaan tersebut, Semaun diketahui tidak memiliki anak yang bernama Slamet, sebagaimana yang disebutkan dalam narasi yang diunggah akun Bijipot Ydempat Itt.

Semaoen adalah Ketua Partai Komunis Indonesia (PKI) pertama. Lahir di desa Curahmalang, kecamatan Sumobito, kabupaten Jombang, Jawa Timur sekitar tahun 1899 dan wafat pada tahun 1971.

Baca Juga: Darurat di Hari Lingkungan Hidup, Rusia Hadapi Bencana Tumpahan Ribuan Ton Minyak Diesel di Siberia

Kemunculannya di panggung politik pergerakan dimulai di usia belia, 14 tahun. Saat itu, tahun 1914, ia bergabung dengan Sarekat Islam (SI) wilayah Surabaya.

Pertemuannya dengan Henk Sneevliet tokoh komunis asal Belanda pada 1915, membuat Semaoen bergabung dengan Indische Sociaal-Democratische Vereeniging, organisasi sosial demokrat Hindia Belanda (ISDV) cabang Surabaya.

Sementara Slamet memang anggota PKI dari Madiun, lahir pada Februari 1928, dan pernah menjabat anggota Konstituante Republik Indonesia 1956–1959.

Baca Juga: Iran Bebaskan Tahanan dari AS, Munculkan Spekulasi Adanya Pertukaran Antara Kedua Negara

Dokumen asli tentang Slamet S yang ditulis dengan tulisan tangan dan difoto secara langsung juga tidak pernah menyebutkan bahwa nama belakang pria itu adalah Semaun ataupun Samaun.

Dengan demikian, klaim bahwa mantan Komisioner KPU Wahyu Setiawan adalah cucu Semaun dari anaknya yang bernama Slamet merupakan klaim yang keliru.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Mafindo

Tags

Terkini

Terpopuler