Lebih lanjut soal efikasi vaksin Sinovac yang tergolong lebih kecil dari pada vaksin Covid-19 merek lainnya, menurut Penny, sebenarnya efikasi 65,3 persen sudah mengikuti ketetapan internasional untuk digunakan.
Baca Juga: Puji Listyo Sigit sebagai Calon Tunggal Kapolri, Tito Karnavian: Masih Berusia Muda tapi Matang
Diketahui vaksin corona produksi Pfizer dan BioNTech di Amerika Serikat telah memperoleh EUA ketika efikasi sudah di atas 90 persen. Namun, vaksin Sinovac di Indonesia sudah memperoleh EUA meski efikasinya baru 65,3 persem.
"Jadi untuk menerbitkan EUA itu ada beberapa data yang harus kita kumpulkan dulu. Pertama data uji klinis fase 1 dan 2 dalam pemantauan yang full 6 bulan untuk menunjukkan keamanan dan imunogenitas vaksin," ucapnya.
"Hal Ini untuk melengkapi, karena kita akan menerbitkan EUA dengan data uji klinis fase III. Dengan analis pemantauan 3 bulan untuk menunjukkan keamanan, imunogenitas plus efikasi vaksin. Di mana standarnya dibolehkan minimal 50 persen," sambungnya.
Baca Juga: Pelantikan Joe Biden Akan Diramaikan Sejumlah Artis Papan Atas Amerika Serikat
Oleh sebab itu, ia menegaskan, isu-isu terkait adanya penekanan terhadap BPOM untuk mengeluarkan EUA vaksin Sinovac lebih cepat tidak benar.
"Muncullah berita Kepala BPOM ditekan, kemudian kemandirian BPOM. Kami tentunya menyampaikan terima kasih atas segala concern, dukungan. Ini dikaitkan dengan pentingnya institusi obat dan makanan itu mandiri. Dan selama 5 tahun saya sebagai Kepala BPOM itu adalah aspek yang betul-betul kami perjuangkan." ujarnya.***