Network
PR BEKASI – Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG ditutup ambles 4,42% pada perdagangan hari pertama, pascalibur lebaran atau Senin, 9 Mei 2022, imbas akhir jual investor.
Dibuka pada level 7.154, IHSG hanya mampu menguat sesaat ke level 7.156,48.
Selanjutnya bursa domestik konsisten bergerak di zona merah, meninggal level psikologis 7.000.
Baca Juga: 5 Arc yang Terlalu Panjang di One Piece, Arc Wano Country Posisi Teratas
Pada perdagangan intraday, IHSG sempat menyentuh level terendah 6.896,99.
Sepanjang hari ini, 1.749.498 saham ditransaksikan dengan volume 23,76 miliar. Sementara itu, nilai transaksi turnover pada perdagangan IHSG tercatat Rp24,41 triliun.
Pada perdagangan perdana di bulan Mei ini, IHSG kehilangan kapitalisasi pasar hingga lebih dari Rp300 triliun.
Baca Juga: Siapakah Kamu di Kru Bajak Laut Topi Jerami Berdasarkan Tanda Zodiak? Berikut Daftarnya
Hal ini terlihat dari laporan di laman resmi BEI, di mana kapitalisasi pasar IHSG pada perdagangan terakhir bulan April atau 28 April 2022 sebesar Rp9.555 triliun.
Sementara pada hari ini, kapitalisasi pasar IHSG ambles menjadi Rp9.229,6 triliun.
Adapun investor asing di pasar reguler dilaporkan melepas saham-saham hingga mencatat net foreign sell Rp2,6 triliun rupiah.
Namun, dalam tiga bulan terakhir, tren transaksi investor asing di bursa saham Indonesia masih positif atau mencatatkan net foreign buy Rp49,12 triliun di pasar reguler.
Performa IHSG yang tertekan pada hari ini sejalan dengan kinerja bursa saham di kawasan Asia Pasifik, yang hampir seluruhnya ditutup di zona merah.
Di Jepang, indeks saham Nikkei 225 turun 2,53% ke level 26.319,34.
Sementara bursa saham di China, indeks saham Shenzhen turun 0,409% menjadi 10.765,63.
Di tempat lain, Kospi Korea Selatan tergelincir 1,27% dan ditutup pada 2.610,81.
Adapun sementara ASX 200 di Australia turun 1,18% hari ini menjadi 7.120,70.
Kinerja IHSG dan nyaris semua bursa saham di wilayah Asia Pasifik hari ini terjadi usai bank sentral Amerika Serikat mengumumkan bakal menaikkan suku bunga acuan atau meninggalkan era suku bunga murah.
Kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve atau The Fed rencananya diterapkan untuk meredam inflasi yang tinggi.
Pada pekan lalu, The Fed menjelaskan bakal menaikkan suku bunga 0,5 poin persentase, atau menjadi kenaikan tertinggi dalam 22 tahun.
Ketika Fed menaikkan suku bunga pada bulan Maret, bank sentral ini menyebut akan ada sebanyak enam kenaikan suku bunga sepanjang tahun.
"Inflasi terlalu tinggi dan kami memahami kesulitan yang ditimbulkannya, dan kami bergerak cepat untuk menurunkannya kembali," kata Jerome Powell, Gubernur The Fed dalam konferensi pers pada Rabu, 4 Mei 2022 seperti dikutip dari CNet.
"Kami memiliki alat yang kami butuhkan dan tekad yang diperlukan untuk memulihkan stabilitas harga atas nama keluarga dan bisnis Amerika,” ujar Jerome Powell melanjutkan.
Langkah ini dilakukan menyusul rekor tingkat inflasi yang tinggi, atau meningkat 8,5% selama tahun lalu.
Baca Juga: Blak-blakan Sosok Asli Nur KKN di Desa Penari, Tissa Biani Bicara Momen Kesurupan
Adapun harga konsumen naik 1,2% sejak Februari, dengan harga gas menyumbang lebih dari setengah kenaikan bulanan.
Menurut The Fed menaikkan suku bunga adalah langkah kunci untuk memerangi inflasi yang merajalela, yang mencapai level tertinggi dalam 40 tahun.
Kenaikan suku bunga acuan akan memulai proses kenaikan suku bunga bagi kartu kredit, hipotek, dan pinjaman lainnya.***
