PR BEKASI - Penyanyi Maia Estianty mengaku merasa de javu saat melihat kasus yang tengah dihadapi Tsania Marwa terkait permasalahan hak asuh anak dengan mantan suaminya, Atalarik Syah.
Maia Estianty mengaku prihatin dan memahami betul apa yang dirasakan Tsania Marwa karena dia pun mengalami kejadian serupa, bahkan bisa dibilang jauh lebih lama.
"Aku ikut prihatin ya dengan kasus kamu. Aku ngelihat kasus kamu itu benar-benar kayak de javu," kata Maia Estianty, yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari tayangan kanal YouTube MAIA ALELDUL TV, Jumat, 7 Mei 2021.
Meski perjuangannya dalam mendapatkan hak asuh anak lebih lama, Maia Estianty menyebut Tsania Marwa adalah contoh wanita yang hebat, karena berani melakuan eksekusi hak asuh anak.
"Masih kalah, aku enam tahun, lebih lama ya. Tapi bedanya kamu berani mengeksekusi anak, kalau aku sampai di titik yang udah cape dan gak mau rebutan perkara anak. Karena aku gak mau ada drama dan jadi konten infotainment," tutur Maia Estianty.
"Kamu lebih hebat karena berani eksekusi, kalau aku gak berani eksekusi. Dari mulai anak, aku gak eksekusi. Harta gono gini, aku juga gak eksekusi. Alhamdulillah menang semua, tapi keputusan terakhir di peninjauan kembali itu, anak-anak di atas 12 tahun, mereka bisa memilih," sambungnya.
Baca Juga: Orang Tak Percaya Covid-19 dan Anti Masker Jadi Duta Prokes, dr. Tompi: Gue Berasa Jadi Bloon
Maia Estianty pun menyebut bahwa kini Tsania Marwa tengah berada di titik untuk melewati perjalanan hidup yang banyak drama kehidupan yang menjadi konsumsi publik.
"Aku pernah mengalami apa yang kamu alami. Karena untuk ke rumah masa lalu itu kan berat banget," kata Maia Estianty.
Selain itu, Maia Estianty pun mengungkapkan kekecewaannya pada sistem hukum di Indonesia terkait keputusan hak asuh anak, yang dinilai kurang tegas meski memiliki legal standing yang kuat.
"Yang aku gak habis pikir, kadang-kadang keputusan pengadilan bilang harus A, tapi keputusan pengadilan hanya dianggap sebuah kertas yang dianggap gak ada angker-angkernya, gak ada wibawanya," kata Maia Estianty.
"Jadi ibaratnya, misalnya pihak A memenangkan hak asuh anak. Mestinya kertas ini berkekuatan hukum yang menakutkan. Karena kalau tidak menakutkan, mungkin banyak ibu-ibu di luar sana yang mengalami kejadian serupa," kata Maia Estianty.
"Pada akhirnya kertas keputusan ini hanya dianggap sebuah kertas omong kosong aja. Nah, itu yang berbeda dengan di Amerika, kalau gak nyerahin (hak asuh anak) ada pidananya," sambungnya.
Maia Estianty lantas menasihati Tsania Marwa bahwa suatu hari akan tiba saatnya Tsania Marwa mengikhlaskan anak-anaknya ikut dengan Atalarik Syah.
"Misalnya, kamu mengikhlaskan anak-anak ikut bapaknya, nanti kamu pasti akan bilang begini, 'Ya Allah kembalikan anak-anakku dengan waktu-Mu, bukan dengan hukum manusia tapi hukum Allah'," kata Maia Estianti.
Maia Estianty pun menyebut bahwa doa seorang ibu pada anak-anaknya pasti akan terkabul dengan cara yang tidak pernah disangka-sangka.
"Itu ngeri loh cara mengembalikan (anak-anak) dengan proses kejadian hidup yang bisa dibilang enak gak enak," ujar Maia Estianty.
Terakhir, Maia Estianty pun berusaha menguatkan Tsania Marwa bahwa meski seorang anak didoktrin untuk membenci ibunya, suatu hari nanti kebenaran akan terungkap, dan anak tersebut pasti akan mencari ibunya.
"Namanya seorang anak di-brainwash membenci ibunya, nanti akan ada waktunya kebenaran akan bicara, time will tell. Selama kita berbuat baik, pada akhirnya waktu yang akan berbicara dan memihak pada siapa yang paling benar," tuturnya.
"Ketika hukum manusia belum mampu memberikan keadilan, biarkanlah hukum Allah yang menjawab semuanya. Time will tell," ujar Maia Estianty.***