Berbicara Sama Bahayanya dengan Batuk untuk Tularkan Covid-19, Prof. Zubairi Beri Penjelasan

- 25 Januari 2021, 10:35 WIB
Ilustrasi berbicara dapat sebarkakan Covid-19 sebanyak batuk.
Ilustrasi berbicara dapat sebarkakan Covid-19 sebanyak batuk. /PIXABAY/Ryan McGuire/PIXABAY

PR BEKASI – Penelitian terbaru menunjukkan berbicara dengan seorang teman ketika terinfeksi Covid-19 bisa sama berbahayanya dengan batuk di dekat mereka berkat partikel yang tertinggal.
 
Penyebaran Covid-19 dapat melalui sejumlah cara, termasuk tetesan yang mengandung virus yang dikeluarkan saat orang yang terinfeksi bernapas, berbicara, atau batuk.
 
Faktor tersebut para ahli dapat membantu menjelaskan mengapa penyebaran Covid-19 tampaknya lebih mudah di lingkungan dalam ruangan.

Baca Juga: Ramalan Mbak You Dinilai Berbahaya, Roy Marten: Bisa Dimanfaatkan Kelompok-kelompok Tertentu 

Sementara tetesan besar jatuh ke tanah dalam jarak pendek, tetesan kecil yang dikenal sebagai aerosol dapat membawa virus dalam jarak lebih dari dua meter, dan bertahan.
 
Sekarang para ahli telah mengembangkan model untuk mengeksplorasi risiko yang ditimbulkan oleh tetesan besar dan aerosol serta mencari cara untuk menguranginya.
 
Hasil penelitian tersebut menunjukkan hanya butuh beberapa detik bagi partikel yang dikeluarkan untuk melakukan perjalanan lebih dari dua meter.
 
Hal tersebut dikatakan oleh peneliti dari Universitas Cambridge, Prof Pedro Magalhães de Oliveira.

Baca Juga: Tidak Hanya Muslim Uighur, Xi Jinping Ketar-ketir Awasi Pertumbuhan Pesat Umat Kristen di China 

“Anda perlu masker, menjaga jarak, dan ventilasi yang baik sehingga partikel-partikel ini tidak menumpuk di dalam ruangan dan mereka dapat dihilangkan dengan aman,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari The Guardian.
 
Dalam jurnal “Proceedings of the Royal Society A”, dirinya bersama para ahli melaporkan bagaimana mereka membuat model yang memperhitungkan ukuran tetesan yang dipancarkan dari individu yang terinfeksi ketika mereka berbicara atau batuk.
 
Selain itu, mereka juga memperhatikan faktor-faktor termasuk susunan tetesan dan waktu yang mereka butuhkan untuk menetap.
 
Mereka juga melihat risiko infeksi dengan mempertimbangkan viral load orang dengan Covid-19 dan perkiraan dosis yang diperlukan untuk menyebabkan infeksi, yang terakhir didasarkan pada penelitian tentang Covid-19 yang berbeda.

Baca Juga: Tidak Hanya Muslim Uighur, Xi Jinping Ketar-ketir Awasi Pertumbuhan Pesat Umat Kristen di China 

Mereka juga menyimpulkan tidak aman untuk berdiri tanpa masker yang berjarak dua meter dari orang yang terinfeksi yang berbicara atau batuk, dengan kedua situasi tersebut menimbulkan risiko infeksi.
 
Selain itu, mereka mengatakan bahwa satu jam setelah orang yang terinfeksi berbicara selama 30 detik, total aerosol yang tersisa mengandung lebih banyak massa virus daripada setelah satu batuk.
 
Tak sampai di situ, mereka menambahkan bahwa dalam ruang kecil dan tanpa ventilasi ini mungkin cukup untuk penyebaran Covid-19.
 
“Berbicara menghasilkan partikel yang jauh lebih halus (daripada batuk) dan partikel ini, atau aerosol, dapat ditangguhkan selama lebih dari satu jam dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit,” kata de Oliveira.

Baca Juga: Usia Muda Jadi Penyumbang Terbesar Klaster Keluarga, Anies Baswedan: Ini Bukan Fiksi, Janganlah Jadi Penular!

Tetapi apakah orang akan tertular Covid-19, katanya, tergantung pada seberapa banyak aerosol yang mereka hirup yang dipengaruhi oleh faktor-faktor termasuk apakah masker dipakai, apakah situasinya di dalam ruangan, tingkat ventilasi dan jarak antara orang-orang yang terlibat.
 
Hasil penelitian tersebut mendapat respons dari dokter spesialis penyakit dalam asal Indonesia, Prof. Zubairi Djoerban.
 
Dirinya meminta masyarakat Indonesia untuk menanggapi hasil penelitian tersebut secara serius lewat akun Twitter pribadinya.
 
Ini perlu dicatat. Dibanding batuk, ngobrol lebih tularkan Covid-19. Mengapa? Saat bicara, kita menghasilkan tetesan kecil yang menggantung di udara karena ventilasi buruk. Sementara batuk menghasilkan tetesan yang lebih besar dan cepat jatuh ke lantai,” katanya.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x