Network
Hilary juga menyatakan bahwa secara anekdot, orang akan jarang menyadari bahwa foto teman atau rekan yang mereka lihat di Instagram kemungkinan tidak realistis.
Membandingkan penampilan diri sendiri dengan postingan 'gambar yang disempurnakan' oleh teman adalah hal yang tinggi, sulit dicapai, dan kemungkinan akan membuat seseorang merasa kekurangan atau tidak puas terhadap dirinya.
Baca Juga: Alami Penurunan Hingga 25 Persen di Tengah Pandemi, Pertamina Optimis Ada Pergerakan yang Positif
Hal ini juga menyebabkan pertumbuhan penggunaan kosmetik yang seringkali membuat seseorang memandang tidak baik terhadap citra diri mereka. Lebih ekstrem lagi, jika hal ini terjadi pada individu yang menderita BDD (Body Dismorphic Disorder).
Mereka akan mengalami gangguan kecemasan karena merasa bahwa penampilan mereka sangat 'cacat'.
"Bukti menunjukkan bahwa beberapa dekade terakhir, kepuasan citra tubuh secara umum dan gangguan citra tubuh yang ekstrem seperti BDD telah meningkat. Kemungkinan penyebabnya adalah media sosial dan perubahan budaya," ucap Ben Buchanan, psikolog dan pakar BDD.
Baca Juga: Gedung Kejaksaan Agung Alami Kebakaran, Kapolri Khawatir: Tingkatkan Keamanan Markas!
Ben Buchanan juga menyatakan bahwa di otak atau pikiran orang-orang yang memiliki rasa ketidakpuasan terhadap penampilannya adalah adanya kesulitan dalam memodulasi perhatian atau fokus.
"Ini terjadi di Zoom, di mana orang tersebut mungkin secara tidak sengaja mendapati dirinya sedang melihat diri mereka sendiri daripada orang lain dalam rapat online,” tutur Ben Buchanan.
Penderita BDD atau orang yang tidak mengalami BDD, tetapi merasa tidak puas terhadap penampilannya, akan terpaku pada kekhawatiran tentang penampilan mereka selama meeting virtual berlangsung.
